Bisnis.com, SEMARANG - Kendaraan listrik (EV) turut membawa budaya baru bagi para penggunanya, bahkan bisa sampai mengubah gaya hidup dalam menjalani aktivitas sehari-hari.
Tim Jelajah EV 2023 Bisnis Indonesia mencatat setidaknya ada tiga budaya baru yang pasti dirasakan pengguna EV baru alias 'newbie', terutama mereka yang baru seumur jagung beralih dari mobil mesin bakar konvensional (ICE).
Para anggota Tim Jelajah pun turut merasakan sendiri tiga budaya baru itu, selama menjajal berkendara dengan Toyota BZ4X BEV dari Jakarta-Surabaya dalam agenda ini.
Maklum, belum satu pun anggota Tim Jelajah yang merupakan pengguna EV sebagai penopang mobilitas sehari-hari.
Berikut pengalaman autentik kami terkait tiga budaya yang akan ditemui para pengguna mobil listrik anyar.
Tiga Budaya Baru Pengguna Mobil Listrik:
1. Produktif saat Mengisi Daya
Memang, pengguna EV tidak akan lagi merasakan kondisi antre seperti ketika membeli BBM untuk kendaraan ICE. Namun, sebagai gantinya, pengguna EV akan menjalani aktivitas menunggu baterai sampai penuh yang bisa memakan waktu lebih dari satu jam.
Baca Juga
Oleh sebab itu, aktivitas mengisi daya EV memang harus dibarengi dengan kegiatan produktif.
Sembari mencicil pekerjaan, berolahraga, atau sekadar mengisi perut, menikmati kopi atau jajanan dari kafe terdekat dengan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) yang digunakan.
Sebagai contoh, Tim Jelajah sempat berbincang dengan pengguna EV bernama Eleanora, yang kebetulan sedang mengisi daya di SPKLU MT Haryono Jakarta berbarengan dengan kami.
Eleanora biasa mengunjungi SPKLU ini setiap sore hari, untuk mengisi baterai mobilnya sembari jogging di Tebet Eco Park.
"Kebetulan anak saya sekolah di dekat sini juga. Jadi sering sambil charge baterai, sambil olahraga, terus jemput anak pulang sekolah. Alhasil, SPKLU ini yang paling sering saya pakai, selain di mal dan dekat apartemen," ujarnya kepada Tim Jelajah.
2. Melek Digitalisasi
Tim Jelajah sempat melakukan pengisian baterai EV kami sebanyak dua kali untuk melaju ke Semarang.
Pertama, di Ibu Kota untuk menjajal mengisi batrai sampai kapasitas penuh. Karena SPKLU ini berada di pompa bensin besutan Pertamina, kami butuh mengunduh MyPertamina dan LinkAja.
Kedua, kami kembali mengisi baterai sembari beristirahat di salah satu rest area wilayah Cirebon. Untuk mengisi di sini, kami harus mengunduh PLN Mobile dan memakai salah satu dompet digital untuk melakukan pembayaran.
Dalam dua kali pengecasan itu, tergambar bahwa memilih memakai EV artinya juga harus siap menyimpan beberapa aplikasi terkait pengecasan baterai dalam gawai kita.
Budaya transaksi nontunai menggunakan mobile banking atau dompet digital pun menjadi keniscayaan. Beda dengan isi BBM biasa yang mayoritas masih mengandalkan uang kartal.
Bahkan, pengguna juga harus siap-siap memiliki lebih dari satu aplikasi pembayaran. Ini bertujuan sebagai alternatif, kalau-kalau penyedia SPKLU yang sedang kita datangi belum bisa menerima pembayaran dari aplikasi yang biasa kita pakai.
3. Perjalanan Lebih Terencana
Menggunakan EV artinya harus lebih perhitungan soal berapa jarak yang bisa ditempuh kendaraan, dicocokkan dengan ada atau tidaknya infrastruktur SPKLU di aera tersebut, serta apakah memungkinkan mengisi daya sembari beristirahat sedikit lama.
Terlebih, apabila pergi ke luar kota dengan jarak tempuh yang lumayan jauh, seperti yang sedang kami lakukan.
Artinya, kendati ekosistem sarana-prasarana terkait EV di Indonesia masih terus berkembang, jalan jarak jauh tetap memungkinkan asalkan rencana perjalanan dibuat secara matang.
