Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penjualan Mobil Lampaui 1 Juta Unit, Dibutuhkan Segmen di Bawah LCGC?

Penjualan mobil pada tahun ini diperkirakan melanjutkan tren stagnasi. Terdapat usulan agar dibuat program yang bisa menyasar segmen di bawah LCGC.
Daihatsu meluncurkan mobil LCGC All New Astra Daihatsu Ayla Model di Jakarta, Rabu (15/2/2023) - BISNIS/Anshary Madya Sukma.
Daihatsu meluncurkan mobil LCGC All New Astra Daihatsu Ayla Model di Jakarta, Rabu (15/2/2023) - BISNIS/Anshary Madya Sukma.

Bisnis.com, JAKARTA- Penjualan mobil pada tahun ini diperkirakan tetap stagnan di kisaran 1 juta unit, bahkan bisa turun tipis. Kondisi stagnasi pasar yang berkebalikan dengan peningkatan kapasitas ini dinilai membutuhkan terobosan, salah satunya meretas segmen anyar di bawah Low Cost Green Car atau LCGC.

Hal itu disampaikan Ekonom Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Gadjah Mada Amirullah Setya Hardi. Menurutnya, stagnasi penjualan mobil tidak bisa dihindarkan, seiring pertumbuhan ekonomi yang terpukul akibat pandemi Covid-19.

Meskipun pada tahun berjalan pertumbuhan ekonomi berkisar pada 4,5-5%, belum cukup untuk merangsang pertumbuhan penjualan mobil di Tanah Air. “Sebabnya, tingkat pertumbuhan yang saat ini tersebut, dari kondisi perekonomian yang menyusut. Perekonomian nasional seperti setback ke 2018,” jelasnya beberapa waktu lalu saat berbincang di UGM.

Bertolak dari kondisi demikian, Amirullah menilai tingkat pertumbuhan yang dibutuhkan demi mendongkrak penjualan mobil melampaui 1 juta unit, sekitar 12,5% per tahun. “Ini kalau mau tetap di dalam trek pertumbuhan pasar,” tambahnya.

Di samping itu, Amirullah menegaskan kebijakan terkait industri otomotif bersifat strategis, karena menyangkut ekosistem dari hulu hingga hilir. “Industri ini melibatkan banyak komponen dan industri pendukung, sehingga dibutuhkan kebijakan yang strategis dan konsisten,” simpulnya.

Konsistensi kebijakan itu, jelasnya, diperlihatkan negara-negara rival terdekat Indonesia, seperti Thailand dan Malaysia. Mereka, lanjut Amirullah, telah menyusun rumusan pengembangan basis produksi lokal yang ajeg dan rasional.

“Di kita, kalua dipahami, apa yang hendak dikembangkan oleh pemerintah untuk menarik investasi dan penguatan industri otomotif itu seperti tidak konsisten,” jelasnya.

Amirullah melihat kehilangan momentum terbesar adalah tindaklanjut dari program LCGC yang masih berbasis ICE (Internal Combution Engine). Padahal, segmen LCGC inilah yang membawa penjualan mobil pada sedekade silam berhasil menggapai angka 1 juta unit hingga sekarang.

“Kalau dilihat, sekarang ini LCGC seperti tidak menarik lagi bagi produsen. Sebaliknya pemerintah malah melompat kebijakannya [menuju BEV], sedangkan pasarnya masih membutuhkan low end yang cukup besar,” tukas Amirullah.

Terlebih lagi, lebih jauh dia menjelaskan, saat ini dinamika pasar pun mengalami perubahan lanskap dari menyasar segmen bawah mulai mengarah ke segmen menengah atas. “Lihat saja, dari LCGC lompatan pasar paling besar malah ke kelas Veloz dkk,” ungkapnya.

Di sisi lain, dia menyinggung arah kebijakan pemerintah jika ingin mendongkrak industri otomotif ke depan, agar tetap mempertahankan basis produksi. Salah satunya, ungkap Amirullah, kebijakan fiskal yang merangsang pasar.

“Periode Covid-19 sewaktu ada stimulus fiskal PPnBM, pasar otomotif malah mendapatkan inden. Kebijakan yang sama, bisa digagas kembali, karena ini insentif untuk meningkatkan produktivitas ekonomi,” tukas Amirullah.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Kahfi
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper