Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penjualan Mobil Lampaui 1 Juta Unit, Minimal Pertumbuhan Ekonomi 7%

Di tengah ramainya pemain baru dan peningkatan kapasitas produksi, penjualan otomotif di Indonesia justru mengalami stagnasi selama sedekade lebih.
Menko Perekonomian Airlangga Hartanto bersama Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita meninjau salah satu stan saat pembukaan Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2023 di ICE BSD, Tangerang, Banten, Kamis (10/8/2023). GIIAS 2023 akan berlangsung hingga 20 Agustus 2023 dengan diikuti oleh 49 merek kendaraan penumpang dan komersil anggota GAIKINDO serta menghadirkan produk mobil baru dan konsep serta sepeda motor. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Menko Perekonomian Airlangga Hartanto bersama Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita meninjau salah satu stan saat pembukaan Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2023 di ICE BSD, Tangerang, Banten, Kamis (10/8/2023). GIIAS 2023 akan berlangsung hingga 20 Agustus 2023 dengan diikuti oleh 49 merek kendaraan penumpang dan komersil anggota GAIKINDO serta menghadirkan produk mobil baru dan konsep serta sepeda motor. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA- Meski berbagai pemain baru hadir dan tingkat kapasitas produksi mobil di Indonesia meningkat hingga 2,5 juta unit per tahun, tetapi pasar domestik justru seperti tidak ke mana-mana. Stagnasi penjualan mobil sebanyak 1 juta unit telah terjadi selama sedekade.

Bahkan, pada tahun ini yang sebelumnya dianggap sebagai momen awal pertumbuhan pascapandemi, volume penjualan mobil domestik masih megap-megap. Jangankan untuk melampaui kisaran 1 juta unit, untuk mencapai target pun cukup berat.

Hal itu diakui Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Kukuh Kumara. Menurutnya, optimisme pasar pada tahun ini terpukul mundur sewaktu memasuki periode September.

“Padahal pada paruh pertama tahun ini, pertumbuhan penjualan mobil domestik cukup meyakinkan. Tetapi memasuki periode September, justru mengalami pelemahan,” ungkapnya kepada Bisnis kemarin, Selasa (21/11/2023).

Berdasarkan data Gaikindo, penjualan domestik secara wholesales mencapai 836.048 unit sepanjang Januari-Oktober tahun ini, turun 1,8% dibandingkan 851.411 unit pada periode sama tahun lalu.

Sedangkan secara ritel, penjualan mobil selama Januari-Oktober 2023, sebanyak 825.691 unit, nyaris stagnan dibandingkan 822.017 unit pada periode sama tahun lalu.

Sementara perkiraan atau target penjualan mobil tahun ini dipatok tembus 1,05 juta unit. Alhasil, guna menggapai volume tersebut, sedikitnya dibutuhkan penjualan domestik 100.000 unit per bulan pada sisa tahun ini.

“Memang cukup berat untuk 100.000 unit per bulan, apalagi Desember tentunya hari kerja hanya separuh. Tapi, bukan tidak mungkin dengan banyaknya model baru dan promo, bisa digenjot hal itu pernah ditorehkan pada tahun lalu,” jelas Kukuh.

Dia menilai pelemahan pasar otomotif Tanah Air disumbangkan sentimen eksternal dan internal. “Secara makro global, data inflasi AS membuat penguatan dolar, sehingga konsumen di dalam negeri lebih memilih investasi valas, bukan belanja,” ungkapnya.

Torehan volume penjualan mobil domestik pada tahun inipun melanjutkan tren stagnasi pasar yang telah terjadi selama sedekade. Sebagai catatan, volume pasar otomotif Indonesia kali pertama menyentuh kisaran 1 juta unit pada periode 2012-2013.

Pada periode 2013, kehadiran segmen mobil murah ramah lingkungan atau LCGC (Low Cost Green Car), memberikan kontribusi positif bagi volume penjualan. Pada awal program, LCGC berhasil menyumbang kontribusi pasar hingga lebih dari 20%.

Sedekade berlalu, pasar otomotif pun belum bergerak secara signifikan. Terlebih lagi, selama periode 2020-2022, Indonesia memasuki periode pandemi.

Kukuh menilai pertumbuhan penjualan mobil domestik erat kaitannya dengan tingkat pertumbuhan ekonomi, karena menyangkut daya beli dan konsumsi masyarakat. “Indonesia itu tercermin ekonominya ditopang konsumsi domestik, sehingga stagnasi pasar pun bisa dilihat dari sisi makro tersebut,” ungkapnya.

Terlebih lagi, jelas Kukuh, tingkat level pertumbuhan ekonomi Indonesia dipukul mundur selama pandemi berlangsung. “Sehingga hitungannya, tidak cukup dengan pertumbuhan ekonomi 5% untuk membangkitkan pasar otomotif, minimal 7% karena perekonomian nasional mengalami setbacks beberapa tahun,” simpulnya.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Kahfi
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper