Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jadi Bumper Neraca Dagang, Ekspor Mobil Sasar Amerika Selatan

Peningkatan ekspor mobil wajib digenjot, guna meredam akselerasi impor seiring rencana pelonggaran impor CKD mobil listrik. Pasar Amerika Latin pun dibidik.
Kahfi, Nuhansa Mikrefin Yoedo Putra
Rabu, 18 Oktober 2023 | 17:16
Mobil diparkir di kawasan PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC) di Jakarta, Rabu (12/9/2018)./JIBI-Abdullah Azzam
Mobil diparkir di kawasan PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC) di Jakarta, Rabu (12/9/2018)./JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA- Pertumbuhan ekspor mobil utuh seolah sukar mengimbangi derasnya importasi otomotif, pasar nontradisional seperti Amerika Selatan dan Afrika pun dibidik guna menggenjot kinerja. Terlebih lagi, pemerintah telah membentuk Satuan Tugas (Satgas) Peningkatan Ekspor di bawah Menko Perekonomian.

Di tengah kondisi perekonomian global yang membuat siapapun mengernyitkan dahi, kinerja neraca dagang Indonesia menunjukkan harapan. Hingga September, kinerja ekspor-impor masih mencetak surplus, melanjutkan tren selama 41 bulan ke belakang.

Pada September, nilai surplus neraca dagang secara keseluruhan mencapai US$3,42 miliar. Sedangkan sepanjang tahun berjalan, surplus itu telah mencapai US$27,75 miliar.

Namun di balik hasil semringah itu, terdapat kekhawatiran imbas permintaan dan perekonomian negara mitra yang ambruk, terutama China dan Amerika Serikat. Kecenderungan itu mulai terlihat dari melorotnya penopang ekspor nonmigas, karena anjloknya komoditas batu bara dan sawit.

Nilai ekspor nonmigas pada September 2023 tercatat sebesar US$19,35 miliar atau turun 6,41% secara month-to-month. Sedangkan, secara tahunan, nilai ekspor turun dari US$23,51 miliar pada September 2022. 

Pada gilirannya, ekspor nonmigas yang juga ditopang kinerja industri pengolahan termasuk subsektor otomotif dilirik sebagai kartu keberuntungan menggenjot ekspor. Hal itupun sangat beralasan, dengan pertumbuhan eksponensial kinerja ekspor, terutama yang berasal dari pengapalan mobil utuh (Completely Built Up/CBU).

Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat, tingkat ekspor CBU dari Indonesia telah naik level, dari kisaran 20 ribuan unit pada 2018, menjadi 40 ribuan unit per bulan pada tahun ini.

Sepanjang Januari-September tahun ini, total ekspor telah mencapai 379,496 unit, naik lebih dari 100% dibandingkan posisi lima tahun lalu yang dalam kisaran 187.753 unit. Penambahan model sekaligus perluasan pasar merupakan kunci peningkatan ekspor dengan rata-rata pertumbuhan 20% per tahun itu.

Persoalannya, di tengah peningkatan ekspor yang signifikan, justru subsektor otomotif masih mengalami defisit neraca dagang periode Januari-September. Kondisi ini tak lain buah derasnya importasi, terutama mencakup komponen dan impor mobil terurai (Completely Knock Down/CKD).

Potensi jebolnya neraca dagang otomotif pun semakin terbuka, manakala pemerintah  ke depan merealisasikan kebijakan pelonggaran impor CKD untuk kendaraan listrik. Sebaliknya, populasi kendaraan listrik dibutuhkan untuk penguatan ekosistem industri seiring tren elektrifikasi otomotif.

Hal inilah yang dikhawatirkan Ekonom Celios Bhima Yudhistira. Menurutnya, di tengah proyek elektrifikasi, Indonesia menjadi sasaran empuk produk dari luar, khususnya China yang tengah mengalami surplus produksi.

"Posisi Indonesia rawan jadi korban di tengah kacaunya rantai pasok mobil listrik akibat surplus produksi China, apalagi dengan pelonggaran kebijakan impor, dan tanpa manufakturnya di sini," ungkapnya beberapa waktu lalu kepada Bisnis.

Di tengah kondisi demikian, pemerintah membentuk Satgas Peningkatan Ekspor sejalan penerbitan Keppres No. 24/2023. Satgas itu berada di bawah Ketua Pengarah yang dijabat Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, beranggotakan kementerian teknis di bawahnya.

Merespon penugasan itu, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan bakal berupaya menggenjot ekspor, termasuk subsektor otomotif merambah pasar baru. “Arahan Bapak Presiden untuk membuka pasar baru. Tentu pasar baru di Afrika kemarin Bapak Presiden sendiri sudah berkunjung ke sana dan tentu diharapkan bisa membuka pasar yang lebih luas,” ungkapnya saat ditemui di ICE BSD, Rabu (18/10/2023).

HAMBATAN PASAR EKSPOR

Di sisi lain, Airlangga mengungkapkan selain Afrika, pasar potensial lainnya untuk ekspansi bagi produk otomotif adalah Amerika Selatan. Hanya saja, Indonesia sejauh ini belum memiliki traktat perjanjian dagang dengan kawasan tersebut.

“Amerika Selatan sekarang kita hambatannya selain kuota, bea masuk tinggi, makanya, kita harus kerja dengan mereka melalui FTA [Free Trade Agreement] atau CPPTP [ Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership],” ujarnya.

Hal senada juga diungkapkan Wakil Menteri Luar Negeri Pahala Mansury. Dia mengungkapkan pemerintah saat ini memang tengah fokus mengakselerasi kinerja ekspor sektor manufaktur, terutama dari subsektor otomotif yang sangat potensial.

Pahala menilai saat ini tren global tengah bergeser dengan pola pencarian rantai pasok baru. Tren itupun membuka peluang Indonesia masuk dalam rantai pasok global yang penting, terlebih lagi terdapat industri otomotif dan komponennya yang kuat.

Terkait hambatan dagang, Pahala menjelaskan pemerintah bakal berupa maksimal guna menjalin kerja sama dagang. Semisal di Amerika Selatan, negara seperti Meksiko kini telah menjadi tujuan ekspor mobil CBU dari Indonesia.

“Hanya saja, pengiriman ke sana yang bisa 10.000 unit, kini hanya bisa 2.000 unit, karena ada pembatasan kuota. Nah ini yang tentunya nanti akan kita bicarakan secara bilateral dengan pemerintah setempat di meksiko karena memang kita kan belum memiliki FTA,” tukas Mantan Direktur Utama Bank Mandiri itu.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper