Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Surplus Mobil Listrik China, Indonesia Jadi 'Pelayan' Material Sekaligus Pasar

China tengah menghadapi surplus produksi mobil listrik, tengah membidik pasar potensial seperti Indonesia.
Mobil listrik Panda Mini produksi Geely Automobile Holdings Ltd. dipamerkan dalam Shanghai Auto Show di Shanghai, China pada Senin (24/4/2023). - Bloomberg/Qilai Shen
Mobil listrik Panda Mini produksi Geely Automobile Holdings Ltd. dipamerkan dalam Shanghai Auto Show di Shanghai, China pada Senin (24/4/2023). - Bloomberg/Qilai Shen

Bisnis.com, JAKARTA- China sebagai pasar terbesar mobil listrik tengah menghadapi permintaan yang melandai, akibatnya pasar ekspor pun dibidik. Mobil listrik China yang lebih murah pun siap membanjiri berbagai kawasan, mulai dari Eropa hingga Indonesia.

Pelambatan perekonomian tengah mendera “Negeri Panda”. Sektor otomotif tengah digoncang pelemahan permintaan. Tingkat pertumbuhan mengalami dekelerasi, tingkat pertumbuhan penjualan melambat.

Berdasarkan data China Association of Automobile Manufacturers (CAAC), Pada paruh pertama tahun ini, total penjualan mobil seluruh model di China mencapai 13,2 persen, tumbuh 8,8 persen secara tahunan. Namun belakangan, tingkat pertumbuhan tersendat, pada Juni total penjualan hanya sekitar 2,3 juta unit, melambat 4,8 persen secara tahunan.

Penopang utama penjualan otomotif China terutama berasal dari mobil berbasis listrik, baik teknologi hybrid (HEV), BEV maupun PHEV. Penjualan mobil berbasis listrik inipun pada paruh pertama 2023, mencapai 3,7 juta unit, tumbuh 44,1 persen, tetapi melambat dibandingkan pertumbuhan tahun lalu yang menembus 93,4 persen.

Di tengah pelambatan pasar domestik, China justru tengah menanggung surplus produksi baterai. Dikutip dari CnEVPost, saat ini “Negeri Tirai Bambu” telah memiliki kapasitas produksi baterai hingga 4.800 GWh.

Sebaliknya, China hanya membutuhkan 1.000-1.200 GWh pada 2025. Hal itupun telah dikeluhkan para pelaku industri.

Pucuk Pimpinan Changan Automobile Zhu Huarong mengungkapkan surplus produksi baterai itu sudah pada taraf tidak rasional. Dengan kelebihan kapasitas yang serius, dibutuhkan berbagai upaya untuk mengembalikan ke kondisi normal.

Para ahli khawatir bahwa semakin banyak perusahaan memasuki pasar, hal ini akan menyebabkan kelebihan baterai kendaraan listrik di Tiongkok, salah satu pasar kendaraan listrik terbesar di dunia.

Sejauh ini, enam dari 10 produsen baterai terkemuka global berbasis di Tiongkok. Menurut SNE Research yang berbasis di Seoul, produsen baterai seperti Contemporary Amperex Technology, berbasis di provinsi Fujian, Tiongkok, dan menguasai 27,2 persen pasar kendaraan listrik global di luar Tiongkok sepanjah semester I/2023.

Sementara itu, produsen mobil BYD, yang berbasis di provinsi Guangdong, memiliki pangsa 1,6 persen, naik 1,2 poin persentase dari tahun sebelumnya.

Di dalam negeri, kelebihan pasokan seiring dengan pelemahan permintaan, melecut perang harga bagi para pemain. Teranyar, Tesla milik Elon Musk memangkas harga Model Y Long-Range dan versi Performance di pasar China hingga 14.000 yuan atau setara US$1.934 mulai 14 Agustus 2023. Hal ini membuat harga Model Y Long Range turun menjadi 299.900 yuan, dan Model Y Performance turun menjadi 349.900 yuan.

Langkah Tesla tersebut menyusul General Motors (GM) yang memangkas harga mobil listrik Cadillac Lyriq di China hampir 14 persen. Harga mobil inipun turun dari 439.700 yuan atau setara US$60.784 menjadi 379.700 yuan setara US$52.466.

PEMASOK MATERIAL & PASAR

Banjirnya mobil listrik China ke pasar global disikapi beragam. Saat Indonesia membuka gerbang seluasnya pasar, Uni Eropa justru berencana menginvestigasi persaingan tak seimbang yang membuat mobil listrik China dibanderol jauh lebih murah.

Catatan ekspor mobil dari China menunjukkan agresivitas para prinsipal negeri tersebut memperluas pasar mancanegara, terutama melalui produk mobil listrik. Harga lebih murah merupakan senjata berbagai model mobil listrik asal China memenangi petarungan pasar ekspor.

Di Indonesia, momentum Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2023, seakan jadi panggung bagi berbagai model mobil listrik dari “Negeri Panda”. Terutama, lewat kehadiran model mobil listrik murah mulai dari merek Seres, Wuling, Neta hingga Ora.

Sebaliknya, Amerika Serikat (AS) secara ekstrem memusuhi produk China. AS menetapkan tarif sebesar 27,5 persen, yang dimulai oleh pemerintahan Trump dan dilanjutkan di bawah pemerintahan Biden, telah mematikan daya saing produsen mobil Tiongkok di pasar Amerika.

Di sisi lain, buat Indonesia, gejala surplus produksi mobil listrik China membawa sisi dilematis. Pertama, Indonesia mengandalkan Tiongkok sebagai penyerap ekspor nikel setengah jadi paling besar.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat volume ekspor nikel Indonesia pada 2022, mencapai 777,4 ribu ton yang mengalami peningkatan tiga kali lipat secara tahunan. Dari volume itu, sekitar 85 persen merupakan ekspor ke China.

Ekonom Celios Bhima Yudhistira menilai posisi Indonesia rawan jadi korban di tengah kacaunya rantai pasok mobil listrik akibat surplus produksi China. Dari sisi hulu, Indonesia mengandalkan hasil tambang nikel diserap, saat bersamaan arus deras mobil listrik asal Tiongkok berpotensi menjebol pasar.

“Hilirisasi mineral ini, memang wajib dilengkapi dengan pabrik manufaktur mobilnya di Indonesia. Kalau tidak ya percuma,” ungkapnya kepada Bisnis, Senin (18/9/2023).

Sebaliknya, surplus produksi mobil listrik plus baterai Tiongkok semakin lama akan merongrong harga nikel asal Indonesia. “Solusinya, Indonesia perlu secepatnya membangun kekuatan kartel nikel dengan negara lain, agar bisa mengatur harga,” tutup Bhima.

 

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Kahfi
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper