Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kaleidoskop 2022 : Dari Krisis Cip hingga Janji Subsidi Mobil Listrik

Setelah, berhadapan dengan kelangkaan cip semikonduktor pada awal tahun, kini industri menghadapi ketidakpastian janji subsidi mobil dan motor listrik.
Tangkapan layar dari presentasi Kemenperin di DPR RI/Istimewa
Tangkapan layar dari presentasi Kemenperin di DPR RI/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Awal 2022 industri otomotif global maupun lokal menghadapi krisis pasokan cip semikonduktor seiring pulihnya permintaan pasar elektronik dan otomotif.

Kemudian, hal ini diperparah oleh perang Rusia dengan Ukraina yang mengakibatkan krisis ini berlangsung lebih lama. dan Ukraina merupakan negara yang penghasil gas neon dan paladium yang digunakan untuk membuat chip semikonduktor.

Kelangkaan chip semikonduktor global mengganggu produksi kendaraan bermotor luar maupun lokal. Misalnya, PT Honda Prospect Motor melalui Business Innovation and Sales & Marketing Yusak Billy menyampaikan kelangkaan chip semikonduktor masih berdampak terhadap produksi Honda.

Oleh sebab itu, HPM memprioritaskan mobil - mobil dengan peminat tinggi dari konsumen untuk mengantisipasi kekurangan chip semikonduktor.

"Karena itu, kami melakukan antisipasi dengan memprioritaskan produksi untuk mobil-mobil yang permintaannya tinggi dari konsumen, seperti Honda Brio dan All New BR-V," ujar Billy.

Hal senada juga diungkapkan PT Toyota Manufacturing Motor Indonesia (TMMIN). Prinsipal asal Jepang itu mengatakan krisis semikonduktor yang terjadi secara global, berdampak pada produksi model kendaraan premium, serta model produk yang mengalami peningkatan penjualan signifikan. 

Direktur Administrasi, Korporasi, dan Hubungan Eksternal TMMIN, Bob Azam mengatakan krisis semikonduktor saat ini terjadi dikarenakan adanya pemulihan ekonomi di hilir secara serentak di beberapa negara.

Persoalannya hingga akhir 2022, masing-masing produsen masih khawatir pasokan cip semikonduktor kembali terganggu. Pasalnya, perang di Eropa belum lagi usai, kini ancaman resesi melanda sejumlah negara.

Selain itu, menyongsong era elektrifikasi, kebutuhan cip semikonduktor diperkirakan akan jauh lebih besar dibandingkan kebutuhan mobil konvensional.

Meski demikian, sepanjang tahun ini banyak catatan positif yang juga ditorehkan pasar dan industri otomotif. Praktis pada 2022, terjadi banyak dinamika pasar dan industri otomotif yang layak dicermati guna menjejak tahun depan, berikut rangkumannya:

Penjualan Dekati Pra Pandemi

Meskipun pada awal tahun dirundung ketidakpastian pasokan cip semikonduktor yang terjadi hampir di seluruh dunia, industri otomotif mulai bergeliat kembali pada paruh kedua tahun ini. Rata-rata penjualan pada Semester II/2022 telah mencapai 88.000 unit per bulan.

Pasar otomotif khususnya roda empat pada tahun ini, memasuki fase pemulihan menuju pra pandemi. Total penjualan ritel domestik hingga November mencapai 909.653 unit, tumbuh 19 persen dibandingkan 761.880 unit pada periode sama tahun lalu.

Sebaliknya, total penjualan pada 2019, tercatat sebanyak 942.170 unit. Bermodal kinerja tersebut, para pelaku industri optimistis pada 2023, penjualan otomotif akan jauh lebih baik, bisa kembali mendekati kisaran 1 juta unit. Berikut infografis penjualan ritel mobil 2019-2022:

Ekspor dan Impor Tumbuh

Di samping kinerja pasar domestik, kegiatan ekspor dari industri otomotif pun semakin meningkat pada tahun ini. Tercatat, tren surplus neraca dagang otomotif masih bisa ditorehkan hingga Oktober 2022.

Dari sisi ekspor, sektor otomotif yang terhimpun dalam HS 87 (Kendaraan dan Bagiannya), tercatat menyumbang US$9,08 miliar terhadap keseluruhan ekspor yang mencapai US$244,14 miliar, setara 3,7 persen.

Sedangkan terhadap ekspor industri olahan yang mencapai US$173,2 miliar sepanjang Januari-Oktober tahun ini, industri otomotif berkontribusi sebesar 5,24 persen.

Seiring hal tersebut, tingkat pertumbuhan impor sektor otomotif melampaui torehan pertumbuhan ekspor. Total nilai impor itu mencapai US$7,79 miliar, melonjak 16,23 persen dibandingkan US$6,7 miliar pada periode sama tahun lalu.

Alhasil, surplus neraca dagang otomotif pada tahun ini tergerus. Pada Januari-Oktober 2021, surplus tercatat 1,9 miliar, sedangkan pada tahun ini tersisa US$1,29 miliar.

Secara volume, pertumbuhan ekspor maupun impor sebenarnya tidak jauh berbeda. Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), volume ekspor mobil utuh selama Januari-November tahun ini sebanyak 423.619 unit, melonjak 58,6 persen dibandingkan 267.134 unit pada periode sama tahun lalu.

Sebaliknya, volume impor pada periode sama mencapai 74.253 unit. Volume itu tumbuh 61,7 persen dibandingkan 45.919 unit pada periode Januari-November tahun lalu.

Sebagaimana data Badan Pusat Statistik (BPS), salah satu pengerek paling tajam impor kendaraan bermotor berasal dari moped dan skuter listrik. Berikut data ekspor dan impor kendaraan bermotor dan bagiannya:

Pertumbuhan Penjualan Mobil Listrik

Pada tahun ini, banyak pabrikan mulai meluncurkan andalan pada segmen mobil listrik. Dari jajaran merek premium, hadir Mini Electric hingga BMW IX dan I4. Selain itu, pabrikan yang sangat dominan dalam proyek pengembangan mobil listrik di Tanah Air, seperti Hyundai dan Wuling Motors ikut menancapkan kuku lebih dalam pada segmen masa depan ini.

Hyundai pada Maret telah meluncurkan Ioniq 5 yang terjual sebanyak 1.786 unit, menempati posisi kedua penjualan BEV terbanyak. Sedangkan Wuling Motors, telah meluncurkan mobil listrik mini Air ev yang sejauh ini menjadi game changer segmen BEV.

Hingga November tahun ini, Wuling Air ev yang baru meluncur pada Agustus, telah dilego sebanyak 5.921 unit. Ujung tombak model BEV itupun membawa segmen tersebut melampaui kinerja HEV.

Pada segmen hybrid, jagoan Toyota, yakni Innova Zenix yang baru saja meluncur akhir bulan lalu, langsung tancap gas. Dari data Gaikindo, kurang dari sebulan peluncuran, Innova Zenix telah mengemas penjualan sebanyak 1.544 unit.

Bisa dikatakan, 2022 merupakan tonggak baru bagi perjalanan industri dan pasar otomotif nasional seiring membanjirnya mobil berbasis elektrik. Berikut infografis penjualan mobil listrik 2021-2022:

Investasi Mobil Listrik Masih Minim

Meski mendapatkan perlakuan khusus seperti insentif fiskal dan kemudahan registrasi, pengembangan kendaraan listrik secara lokal masih minim menyerap investasi. Sebagaimana diungkapkan Kementerian Perindustrian, saat ini realisasi kendaraan listrik (Electric Vehicles/EV) seluruh jenis hanya mencapai Rp2 triliun.

Sebaliknya, realisasi penanaman modal asing (PMA) sektor industri kendaraan bermotor berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) telah menembus kisaran US$935,04 juta, atau setara Rp14,57 triliun, melanjutkan tren pertumbuhan mengingat tahun sebelumnya realisasi itu tembus US$1,34 miliar.

Padahal, serapan investasi ini sangat menentukan tingkat industrialisasi EV di Tanah Air. Hal inilah yang kini memicu pemerintah kembali mengobral kebijakan bagi pengembangan EV. Berikut infografis realisasi PMA Industri Kendaraan Bermotor sejak 2017:

Mandatori Pengadaan Mobil dan Motor Listrik

Pada September 2022, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah meneken Instruksi Presiden (Inpres) No.7/2022 tentang penggunaan kendaraan lsitrik menjadi kendaraan dinas instansi pemerintah pusat dan daerah.

Inpres itu dianggap wujud komitmen Jokowi dalam menerapkan transisi energi dari sumber fosil ke energi baru dan terbarukan (EBT).

Melalui Inpres itu, Jokowi memerintahkan agar setiap menteri hingga kepala daerah menyusun dan menetapkan regulasi untuk mendukung percepatan pelaksanaan penggunaan kendaraan listrik. Presiden juga menginstruksikan penyusunan alokasi anggaran untuk mendukung program tersebut.

Berdasarkan Inpres 7/2022, penggunaan kendaraan listrik sebagai kendaraan dinas pemerintah, dapat dilakukan melalui skema pembelian, sewa, dan/atau konversi kendaraan bermotor bakar menjadi kendaraan bermotor listrik berbasis baterai sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Road Map Penggunaan Kendaraan Listrik Pemerintah
Road Map Penggunaan Kendaraan Listrik Pemerintah

Janji Subsidi Mobil dan Motor Listrik

Menjelang akhir tahun ini, perkiraan jumlah insentif kendaraan listrik yang diungkap Menteri Perindustrian (Menperin) RI Agus Gumiwang Kartasasmita menjadi sorotan publik. Dia menyebut insentif pembelian mobil listrik murni akan mencapai Rp80 juta, mobil hybrid Rp40 juta, sepeda motor listrik Rp8 juta dan konversi motor BBM ke listrik Rp5 juta.

Syaratnya, skema pemberian subsidi ini diberikan kepada kendaraan yang diproduksi secara lokal dan memenuhi ketentuan formulasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang diatur dalam Permenperin No.6/2022.

Mengenai sumber dana insentif, Menteri Keuangan (Menkeu) RI Sri Mulyani mengatakan pemberian insentif ini akan ada alokasi dari APBN 2023. Dia juga menyebut insentif ini diberikan guna membangun industri kendaraan listrik di Tanah Air.

Terbaru, pemerintah melalui Menko Perekonomian Airlangga Hartarto memperkirakan insentif kendaraan listrik mencapai Rp5 triliun yang dibagi untuk mobil, motor, hingga bus listrik. “Insentif akan diberikan dalam rupiah tertentu, ini sedang dibicarakan dengan bu Menteri Keuangan nilainya Rp5 triliun,” kata Airlangga dalam konferensi pers belum lama ini.

Dari sisi industri otomotif, pemberian insentif ini akan menjadi angin segar bagi perusahaan otomotif yang memproduksi kendaraan listriknya di Indonesia. Salah satunya Toyota yang menyebut kebijakan ini akan menguatkan lobi terhadap prinsipal untuk melokalisasi produk kendaraan listrik.

Namun, jika realisasinya malah menggantung, kebijakan ini tentu akan memperlambat kinerja penjualan kendaraan listrik di Tanah Air ke depannya. Pasalnya, para calon konsumen kemungkinan akan menahan realisasi pembelian kendaraan listrik hingga terdapat realisasi kebijakan yang telanjur diungkapkan Menperin.

Terlebih, Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI Said Abdullah menyebutkan rencana pemerintah dalam memberikan subsidi untuk kendaraan listrik tidak dialokasikan dari APBN 2023. Sebab, rencana subsidi yang sedemikian besar untuk mobil dan motor listrik sangat tidak sebanding dengan alokasi program perlindungan sosial yang diterima oleh setiap rumah tangga miskin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Halaman
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper