Bisnis.com, JAKARTA – Gabungan Industri Alat Mobil dan Motor (GIAMM) meminta percepatan mobil listrik bertransisi secara bertahap mulai dari hybrid.
Ketua umum GIAMM Hamdani Dzulkarnaen Salim menyampaikan pihaknya selalu mengatakan kepada pemerintah untuk bertransisi melalui tahapan hybrid terlebih dahulu. Pasalnya, rantai pemasok industri otomotif memerlukan waktu lebih untuk menyambut era elektrifikasi.
“Karena kompetisinya untuk membuat komponen engine dan baterai itu berbeda, mulai dari membuat elektro motor, inverter dan komponen listrik lainnya itu perlu waktu. Itu dasarnya kenapa GIAMM selalu komunikasikan ke pemerintah bahwa transisinya ke hybrid dulu,” kata Hamdani saat dihubungi Bisnis, Kamis (15/12/2022).
Hamdani menambahkan dengan tahapan transisi menuju hybrid ini akan memberikan waktu kepada pemasok untuk beradaptasi dalam elektrifikasi kendaraan.
“Kalau hybrid kan kebutuhan komponen yang lama masih ada, karena prinsipnya ada dua tenaga penggerak dari baterai dan mesin ICE. Artinya, pembuat komponen punya waktu untuk persiapan diri dan adaptasi,” jelasnya.
Kendati demikian, GIAMM sepakat untuk tetap menyerahkan transisi ini kepada permintaan pasar di Indonesia. “Kami di asosisasi sepakat begini. Jika, banyak demand mobil listrik murni di masyarakat itu banyak, kami tidak bisa paksa untuk bertahap ke hybrid dulu,” tambahnya.
Baca Juga
Di sisi lain, GIAMM juga memperkirakan banyak pihak yang terimbas akibat transisi menuju kendaraan listrik ini. Dalam hitung-hitungan GIAMM, misalnya pada 230 perusahaan pemasok komponen maka terdapat 28 persen yang berjalan di bidang mesin berbasis BBM akan berhenti beroperasi.
“Jadi misalnya kita punya anggota sebanyak 230 perusahaan, ya kira-kira yang berkutat di bidang engine ada 28 persen. Nah, dari situ karyawaanya berapa kita belum hitung, tapi pastinya akan sangat banyak karyawan yang terimbas,” tandasnya.