Bisnis.com, JAKARTA- Penetrasi mobil listrik di Indonesia masih terhambat oleh daya beli masyarakat yang disebut masih belum sepadan harga produk yang ditawarkan. Hal serupa juga mengganjal proyek elektrifikasi sektor transportasi.
Project General Manager Toyota Daihatsu Engineering & Manufacturing Co., Ltd. Indra Chandra Setiawan mengungkapkan meskipun Indonesia masih menjadi pasar terbesar di kawasan ASEAN, dari sisi daya beli masih di bawah Thailand dan Malaysia.
"Secara market Indonesia paling besar, tapi secara kontribusi PDB masih dari negara tetangga, seperti Thailand dan Malaysia. Artinya, penetrasi di Indonesia tidak sekuat negara dengan buying power baik," ujarnya kepada Bisnis, seusai menjadi pembicara dalam acara ‘The Indonesia Summit 2023’ yang diselenggarakan oleh PT Bank Danamon Indonesia Tbk., Bank MUFG, dan PT Adira Dinamika Multi Finance, pada Kamis (27/10/2022).
Daya beli konsumen otomotif domestik, sambung Indra, masih di kisaran Rp200-Rp300 juta. Sebaliknya, harga mobil listrik mayoritas berada di kisaran Rp720 juta sampai dengan Rp1,4 miliar.
Kenyataan inipun dihadapi pemerintah. Harga kendaraan listrik yang lebih tinggi dibandingkan dengan kendaraan konvensional menjadi tantangan untuk mewujudkan elektrifikasi di sektor transportasi.
Karena itu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menkomarves) Luhut Binsar Pandjaitan berjanji akan memberi dorongan dalam memecahkan masalah populasi kendaraan listrik di Indonesia.
Baca Juga
"Harga kendaraan listrik yang masih relatif tinggi dari kendaraan Bahan Bakar Minyak atau BBM konvensional, dan infrastruktur pendukung seperti pengisian energinya juga fasilitas atau insentif keuangan yang masih belum masif," ujarnya dalam siaran pers, Rabu (26/10/2022).