Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengatakan industri otomotif merupakan pahlawan devisa Indonesia. Hal ini didasari oleh hasil ekspor industri otimtoif ke lebih dari 80 negara.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan Kemenperin bersama para pelaku industri otomotif dalam setahun terahkir berupaya menjadikan Indonesia sebagai basis produksi dan perluasan pasar ekspor kendaraan dengan menggunakan berbagai perjanjian perdagangan yang ada.
Hal ini untuk mewujudkan visi menjadikan Indonesia sebagai pusat produksi regional untuk semua jenis kendaraan.
“Atas nama Pemerintah Republik Indonesia, kami mengucapkan selamat dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas capaian dan kontribusi para produsen kendaraan, komponen, suku cadang yang telah mendukung perkembangan industri otomotif tanah air serta pertumbuhan perekonomian nasional dengan membawa masuk devisa dari ekspor ke lebih dari 80 negara. Mereka adalah ‘pahlawan devisa’ kita,” ujar Agus belum lama ini.
Dia pun menambahkan dalam setahun terakhir, berbagai capaian telah ditunjukkan oleh industri otomotif. Di antaranya, pertumbuhan yang luar biasa hingga 7,35 persen pada kuartal kedua tahun 2022, jauh lebih tinggi dari pertumbuhan industri yang mencapai 4,33 persen.
Saat ini terdapat 21 industri perakitan kendaraan roda 4 atau lebih, dengan total investasi Rp140 triliun. Dari investasi tersebut, 83,3 persen berasal dari Jepang, 7,5 persen dari Korea Selatan, dan 8,1 persen dari Republik Rakyat Tiongkok.
Baca Juga
“Sedangkan sisanya berasal dari Uni Eropa dan penanaman modal dalam negeri,” tambahnya.
Dari sisi komersial, ekspor otomotif Indonesia telah menyasar lebih dari 80 negara. Termasuk, baru-baru ini, membuka pasar ke Australia yang terkenal memiliki spesifikasi yang ketat.
Agus juga mengapresiasi peningkatan jumlah model kendaraan yang diproduksi di dalam negeri. Ia berharap dengan meningkatnya pilihan model kendaraan akan menambah tawaran model untuk pasar ekspor.
Namun demikian, di samping pencapaian selama setahun terakhir, masih banyak tantangan yang dihadapi oleh industri otomotif. Beberapa tantangan di antaranya kekurangan bahan baku, masalah semikonduktor, logistik dan transportasi, juga biaya energi yang tinggi.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, perusahaan perlu untuk mengembangkan sayap untuk menjangkau pasar-pasar baru, menguatkan inovasi, serta meningkatkan anggaran research & development (R&D).
Menurut Agus, hal ini akan menjadi basis bagi Kemenperin dalam memperjuangkan insentif untuk industri otomotif. “Inovasi serta ketersediaan bahan baku merupakan kunci bagi masa depan industri otomotif,” tegas Agus.
Kemenperin dan para stakeholder juga berupaya memastikan bahwa proses produksi industri otomotif dapat berjalan dengan baik, termasuk dalam hal ketersediaan bahan baku.
“Kami juga meminta komitmen para pelaku industri otomotif untuk meningkatkan kandungan produk lokal, baik suku cadang maupun komponen, dalam proses manufaktur,” tegas Agus
Dia pun menekankan perlunya integrasi industri kecil dan menengah (IKM) dalam pasokan dan produksi bagi industri yang lebih besar. Kemenperin berkomitmen untuk terus pertumbuhan dan pengintegrasian IKM ke dalam produksi global dan rantai pasokan industri otomotif.
“Ini adalah bentuk kemitraan yang terbaik. Kolaborasi antara yang besar dan yang kecil menghasilkan sesuatu yang hebat,” tutupnya.