Bisnis.com, JAKARTA – Emiten komponen otomotif milik TP Rachmat, PT Dharma Polimetal Tbk. (DRMA) menyoroti dampak perang harga mobil listrik (electric vehicle/EV) asal China terhadap industri komponen lokal.
Direktur Dharma Polimetal Darmawan Widjaja mengatakan, kebijakan insentif untuk mobil listrik saat ini masih belum berimbang. Menurutnya, pajak untuk kendaraan sebaiknya dibuat berjenjang, agar tidak ‘berat sebelah’ ke mobil listrik.
“Kalau bisa sih memang dibuat berjenjang. Jadi jangan terlalu ekstrem. Misalnya mobil listrik, seluruh fasilitas diberikan, sampai urusan pajaknya nol. Sedangkan yang [ICE] ini full. Nah, kalau bisa dibikin berjenjang,” ujar Darmawan saat ditemui di ICE BSD Tangerang, dikutip Selasa (5/8/2025).
Sejak digaungkan kebijakan subsidi mobil listrik, termasuk untuk impor utuh, tingkat pertumbuhan penjualan mobil listrik cukup signifikan.
Mengacu Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 12 Tahun 2025, pemerintah telah memberikan insentif PPN DTP 10% untuk mobil listrik completely knocked down (CKD).
Lalu, PPnBM DTP untuk impor mobil listrik secara utuh atau completely built up (CBU) dan CKD sebesar 15%, serta pembebasan bea masuk impor mobil listrik CBU.
Baca Juga
“Karena kan biar bagaimanapun juga masih ada yang disebut energi transisi ya. Kalau mau langsung ke EV bisa, tapi kan energi transisi yang lainnya juga membantu," jelasnya.
Alhasil, dia berharap pemerintah juga memperketat aturan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) agar industri komponen otomotif lokal mampu bertahan di tengah lesunya penjualan mobil sepanjang tahun berjalan.
“Aturan TKDN juga harus diperhatikan betul-betul. Karena industri komponen mempekerjakan segitu banyak orang kan, makanya TKDN memainkan peranan penting,” jelasnya.
Di lain sisi, sepanjang periode Januari-Juni 2025 pasar otomotif masih lesu. Total penjualan mobil wholesales ambles 8,6% (year-on-year/yoy) menjadi 374.740 unit, dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya sebanyak 410.020 unit.
Sementara itu, penjualan mobil secara ritel pun turun 9,7% menjadi 390.467 unit, dibandingkan 6 bulan pertama 2024 sebanyak 432.453 unit.
"Jadi semoga sih pemerintah bisa mendukung ya. Memberikan stimulus supaya penjualan mobil lebih tinggi. Otomatis kan berdampak sampai ke produsen komponen, dan yang UMKM pun akan terbantu," pungkasnya.
Kinerja Keuangan DRMA
Ditinjau kinerjanya, PT Dharma Polimetal Tbk. (DRMA) telah membukukan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp240,17 miliar pada semester I/2025.
Berdasarkan laporan keuangan, laba bersih perseroan naik 1,31% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan laba bersih periode yang sama tahun sebelumnya Rp237,06 miliar.
Pada paruh pertama tahun ini, perseroan mencatatkan penjualan sebesar Rp2,77 triliun, tumbuh 8,6% yoy dibandingkan penjualan semester II/2024 sebesar Rp2,55 triliun.
Penjualan DRMA paling besar dikontribusikan oleh segmen penjualan roda dua yakni 63% dari total penjualan. DRMA mencatatkan penjualan roda dua Rp1,73 triliun, naik 14% yoy meskipun penjualan kendaraan roda dua secara nasional sedang lesu.