Bisnis.com, JAKARTA- Sony Group dan Honda Motor berkongsi membuat usaha patungan untuk menggarap pasar mobil listrik. Keduanya bersepakat agar perusahaan itu bersiap melantai di bursa saham.
Dikutip dari NikkeiAsia, CEO Sony Group Kenichiro Yoshida mengungkapkan dua raksasa industri Jepang itu bersepakat agar usaha patungan tersebut berdiri secara independen. "Kami berbagi pandangan bahwa lebih baik membuat usaha patungan menjadi independen, dalam jangka panjang, daripada meletakkannya di bawah Sony atau Honda," ungkapnya.
Ketika ditanya tentang kemungkinan penawaran umum perdana untuk usaha tersebut, atau menjual saham ke perusahaan lain, dia berkata, "Itu kemungkinan."
Rencananya, usaha patungan itu akan lahir pada akhir tahun ini. Tujuan pembentukan perusahaan patungan tak lain untuk memasarkan mobil listrik (Electric Vehicles/EV) pertama mereka pada 2025. Sony akan mengembangkan perangkat lunak dan konten hiburan, seperti film dan musik, yang tersedia di dalam mobil, sedangkan Honda akan menyediakan perangkat keras dan fitur keselamatan untuk kendaraan itu sendiri.
"Kami ingin berkontribusi pada evolusi mobilitas dengan menyediakan dasar dengan fungsi jaringan," kata Yoshida, mengutip model bisnis yang sukses dari robot anjing Aibo dan konsol game PlayStation sebagai contoh.
Mengenai seperti apa bentuk usaha dan model bisnisnya, dia mengatakan bahwa para mitra sedang dalam diskusi. "Saya berharap dapat membicarakannya sedikit tentang hal itu di beberapa titik dalam waktu dekat," ungkap Yoshida.
Baca Juga
Seperti yang terlihat dalam kasus mobil Apple, penantang potensial, perusahaan dari luar industri otomotif akan memasuki bisnis tersebut. "Mobilitas menjadi lebih dari layanan," kata Yoshida, menunjukkan bahwa mungkin ada persaingan dengan Apple, dan mungkin ada area di mana kedua saingan dapat berkolaborasi.
Pada tahun lalu, Sony menyatakan tujuan jangka panjangnya untuk melayani 1 miliar pelanggan dalam sektor hiburan dan layanan lain yang terhubung langsung ke perusahaan. Bisnis hiburan perusahaan berkembang pesat, menaungi bisnis elektronik tradisionalnya.
Layanan game dan jaringan, film, dan musik bersama-sama menyumbang 51% dari total penjualan Sony tahun fiskal lalu, melampaui 50% untuk pertama kalinya.
Sementara Sony meminjamkan keahlian perangkat lunaknya untuk pengembangan kendaraan listrik, dan tidak tertarik mengikuti jejak meramaikan tren digital metaverse. "Metaverse memiliki kekuatan untuk mengintegrasikan game, musik, dan e-commerce," kata Yoshida, seraya menambahkan bahwa ia memiliki ekspektasi tinggi terhadap dunia maya baru ini untuk berkembang menjadi ruang hiburan langsung.