Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jelang Pemberlakuan Euro 4, Kepuasan Terpenuhi, Konsumen Sulit Beralih

Pemerintah menetapkan pemberlakuan kebijakan standar emisi Euro 4 untuk kendaraan diesel mulai 7 April 2022. Sejumlah konsumen mengungkapkan kesetiaan mereka dengan merek kendaraan yang telah mendukung bisnis mereka selama ini antara lain dengan pelayanan purnajual yang baik.
Direktur PT Kemasan Ciptatama Sempurna Wahyudi Sulistya (kiri) menceritakan pengalamannya dalam podcast Customer Real Partner Sharing Pengalaman bersama Common rail Isuzu Giga di Booth Isuzu Jakarta Auto Show. Sebelum pemberlakuan Euro-4, banyak pelanggan yang sulit pindah ke lain merk. Apalagi nanti usai pelaksanaan Euro-4 yang pemakaian bahan bakarnya 12 persen jauh lebih irit lagi./Istimewa
Direktur PT Kemasan Ciptatama Sempurna Wahyudi Sulistya (kiri) menceritakan pengalamannya dalam podcast Customer Real Partner Sharing Pengalaman bersama Common rail Isuzu Giga di Booth Isuzu Jakarta Auto Show. Sebelum pemberlakuan Euro-4, banyak pelanggan yang sulit pindah ke lain merk. Apalagi nanti usai pelaksanaan Euro-4 yang pemakaian bahan bakarnya 12 persen jauh lebih irit lagi./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Konsumen sulit pindah ke merek lain ketika sudah mendapat kepuasan terhadap satu brand. Hal itu juga yang akan menjadi alasan saat pemberlakuan kebijakan standar emisi Euro 4 mulai 7 April 2022.

"Kami ditawari merek lain, tetapi kami tetap di Isuzu. Kami tentu memilih yang sudah berpengalaman, karena ini menyangkut investasi besar dan keberlangsungan operasional perusahaan," kata Direktur PT Kemasan Ciptatama Sempurna (KCS) Wahyudi Sulistya dalam diskusi "Customer Real Partner Sharing" di Jakarta Auto Week 2022 di Jakarta pada Jumat (18/3/2022).

Dia mengemukakan pihaknya memiliki pengalaman memuaskan selama 14 tahun menggunakan Isuzu. Saat ini seluruh armada operasionalnya yang berjumlah 270 unit, semuanya truk Isuzu dari berbagai varian yaitu Isuzu Giga, Elf, dan Traga.

“Sebelumnya kami menggunakan merek lain, tetapi tidak efisien, karena kapasitas cc [mesin] yang besar. Padahal, produk kami adalah kemasan styrofoam yang ringan, tidak perlu kendaraan bermesin besar. Ini alasan kami memilih Isuzu yang cc rendah, tetapi kapasitas angkut besar dan memiliki banyak varian, truk kecil, sedang, dan besar,” paparnya.

Wahyudi mengutarakan dengan keputusan itu, perusahaan dapat menyelamatkan potensi kerugian dari biaya operasional sebesar 25 persen.

Keunggulan lainnya, lanjutnya, Isuzu irit terutama untuk kendaraan dengan mesin common rail yakni Isuzu Giga. Keunggulan konsumsi BBM yang hemat itu juga menjadi pertimbangan utama memilih Isuzu. Apalagi, porsi terbesar biaya operasional perusahaan adalah penggunaan BBM yakni 30 persen. “Angka itu sangat besar, karena muatan kami ringan,” kata Wahyudi.

Wahyudi menambahkan penerapan Euro 4 untuk seluruh kendaraan diesel pasti memengaruhi biaya operasional. Harga unit kendaraan baru Euro 4 akan naik. “Tapi kami mendapat kabar bahwa kendaraan Euro 4 ini lebih hemat sekitar 12 persen, tentu itu kabar yang bagus.”

Dia menjelaskan selama lebih dari 10 tahun menggunakan truk Giga bermesin common rail, pihaknya tidak pernah mengalami masalah, padahal seluruh armada truk milik PT KCS beroperasi tanpa henti 24 jam. Armada PT KCS beroperasi di sembilan provinsi dan jaringan bengkel Isuzu bisa menjangkau seluruh wilayah operasi PT KCS.

PT KCS, kata Wahyudi, memiliki kontrak servis dengan Isuzu, sehingga performa kendaraan operasional terus terjaga. Tim mekanik Isuzu lengkap dengan bengkel berjalannya hampir setiap hari berkunjung ke perusahaan untuk melakukan servis kendaraan.

“Mereka sudah memiliki jadwal truk yang mana yang perlu masuk perawatan. Soalnya, kendaraan kami tidak boleh berhenti. Kalau berhenti, kami rugi. Dengan perawatan yang terjadwal dan rutin, masalah berhenti operasi tidak kami temui lagi,” ujar Wahyudi.

Selain perawatan, keunggulan Isuzu juga dirasakan pada ketersediaan suku cadang, terutama suku cadang fast moving yang sering perlu diganti. Pihak Isuzu melakukan stok suku cadang di lokasi PT KCS, sehingga saat diperlukan, bisa langsung digunakan.

“Saat masa pandemi saja, kami tetap melakukan pemesanan kendaraan ke Isuzu, tentu dengan kondisi sekarang yang mulai normal, pemesanan akan meningkat,” ujarnya.

Apalagi, tutur Wahyudi, PT KCS menargetkan hingga 2025 akan memiliki 400 unit kendaraan untuk menyokong aktivitas bisnis perusahaan yang terus berkembang.

Sementara itu, pemilik PT Mitra Karya Makmur (MKM) Djoko Handoko mengakui bahwa sebagai perusahaan yang bergerak di bidang infrastruktur, pihaknya sudah lama menggunakan kendaraan Isuzu. Menurut dia, urusan perawatan kendaraan, tak pernah ada masalah, justru menguntungkan PT MKM.

"Kami sudah dari pertama kali menggunakan Isuzu dengan mesin common rail. Layanan purnajualnya sangat baik dan tentunya menguntungkan kami," kata Djoko.

Dia menambahkan Astra Isuzu sigap dalam melakukan aftersales service,  terbukti ketika pemilik Isuzu Giga mengalami masalah di lapangan, langsung direspons dengan cepat, tidak harus menunggu lama dalam hal perbaikan unitnya.

Terkait dengan penerapan standar emisi Euro 4, Djoko menilai itu akan menjadi keunggulan buat Isuzu, karena selama ini truk Isuzu Giga yang sudah menggunakan mesin common rail, performanya bagus dan hemat BBM. Apalagi, mekanik Isuzu berpengalaman dalam perawatan kendaraan bermesin common rail.

Tingginya kepuasan pelanggan juga berdampak pada penjualan Isuzu, terlihat dari penjualan Isuzu menurut data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo). Pada Februari 2022 penjualan ritel Isuzu sebanyak 2.072 unit, naik 14,2 persen dibandingkan dengan periode yang sama 2021 yang 1.814 unit.

General Manager Marketing PT Isuzu Astra Motor Indonesia Attias Asril optimistis pencapaian Isuzu tahun ini akan lebih baik dari tahun sebelumnya. Isuzu menargetkan Isuzu Elf tahun ini meraih pangsa pasar 25 persen, Giga 14 persen, dan Traga 35 persen.

Attias juga yakin dengan pemberlakuan Euro 4, pencapaian kinerja Isuzu lebih besar. “Tetapi memang kita lihat perkembangan market-nya bulan per bulan, karena market kendaraan komersial sangat ditentukan oleh kondisi ekonomi dan bisnis,” tutur Attias.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper