Bisnis.com, TANGERANG — Pemerintah kembali memundurkan jadwal wajib pasok bahan bakar diesel yang sepadan dengan Euro 4. Hal inipun membuat bingung para pelaku industri, termasuk PT Isuzu Astra Motor Indonesia selaku pemasar mobil komersial.
PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI) menilai terbatasnya ketersediaan bahan bakar yang sesuai dengan standar emisi Euro 4 menjadi kendala untuk operasional logistik.
President Director IAMI Yusak Kristian Solaeman mengatakan bahan bakar dengan standard emisi Euro 4 untuk mesin diesel baru masif di wilayah Jakarta, sedangkan distribusinya masih belum merata.
Hal ini membuat antrean untuk mengisi bahan bakar yang sesuai standard emisi Euro 4 memakan waktu 3-4 jam. Padahal Isuzu telah menyesuaikan mesin yang digunakan untuk kendaraan niaga sesuai dengan Euro 4.
“Tahun lalu kami sakit kepala hanya karena bahan bakar. Semua barang sudah dibuat teknologi Euro 4, tapi teman-teman Kalimantan dan Sumatra bahan bakar belum cocok dengan euro4,” katanya saat ditemui Bisnis pekan lalu.
Terbatasnya ketersediaan bahan bakar yang cocok dengan standard emisi euro4 membuat pengemudi memilih untuk mengisinya dengan produk yang ada. Hal ini kemudian menimbulkan masalah karena bahan bakar yang tidak cocok dengan mesin euro4 memicu terjadinya penyumbatan.
Dia lantas mengatakan kebijakan pemerintah akan standar emisi Euro 4 harus sejalan dengan ekosistem pendukung yang dalam hal ini adalah ketersediaan bahan bakar.
“Teknologi mesin dan bahan bakar harus inline. Sekarang kendaraan sudah Euro 4, tapi kalau uji emisi tidak mungkin lolos Euro 4 ya karena bahan bakarnya belum ada,” ucapnya.
Di satu sisi, dia mengatakan bahan bakar berkualitas tinggi dengan harga yang mahal akan menyebabkan naiknya ongkos logistik. Hal ini juga berbuntut pada potensi terjadinya peningkatan inflasi.
Pada kesempatan terpisah, Business Operation & Strategy Division Head IAMI Attias Asril mengatakan secara umum masalah bahan bakar mempengaruhi operasional kendaraan, dan emisinya.
Selain itu, hal ini juga menjadi penyebab turunnya produktivitas dan naiknya biaya operasional. Sementara dari Isuzu menyebut investasi yang dikeluarkan untuk mesin dengan standard emisi Euro 4 tidak terlalu besar karena dalam bentuk peralatan, dan pelatihan tenaga kerja.
“Kalau pengaruh bahan bakar terhadap penjualan boleh dibilang saat ini tidak ada,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (25/7/2024).
Ketersediaan Euro4 tersebut diatur melalui Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral nomor 447.K/MG.06/DJM/2023 tentang Standar dan Mutu Bahan Bakar Minyak Jenis Minyak Solar yang Dipasarkan dalam Negeri.
Pada beleid tersebut tertera Badan Usaha Pemegang Izin Usaha Pengelola Migas wajib menyampaikan rencana penyesuaian fasilitas pengolahan, untuk pemenuhan Kandungan Sulfur pada Bahan Bakar Minyak jenis Minyak Solar dengan batasan 0,005% m/m setara dengan 50 ppm (sesuai Euro 4) yang mulai berlaku pada tanggal 1 Desember 2027.
Pada peraturan sebelumnya, kewajiban tersebut jatuh tempo pada 2026,. Alhasil, penerapan standar Euro 4 untuk diesel pun terkendala.