Bisnis.com, JAKARTA – Toyota Motor Corp. menyatakan bakal menangguhkan operasinya di 14 pabriknya di Jepang pada Selasa (29/2/2022). Hal itu dilakukan setelah perusahaan mematikan seluruh sistem komputernya, lantaran khawatir adanya potensi serangan siber.
Seperti dilansir dari Bloomberg, Senin (28/2/2022), penangguhan operasi di 14 pabrik tersebut dilakukan menyusul adanya laporan dari Kojima Press Industry Co., yang mendeteksi kelainan pada jaringan server internalnya pada 26 Feburari 2022, pukul 21.00 waktu setempat.
Daisuke Suzuki, juru bicara Kojima Press Industry mengatakan, adanya bukti bahwa jaringannya diakses dari luar perusahaan. Hal itu membuat perusahaan memilih menutup seluruh sistem internalnya mulai 27 Februari 2022.
Pemasok komponen Toyota yang berbasis di Prefektur Aichi itu akan mencoba memulihkan sistem komputernya mulai 2 Maret 2022.
Insiden itu menghambat upaya Toyota untuk kembali melakukan produksi secara penuh, setelah penghentiank pada Januari dan Februari produksinya terkendala karena kekurangan chip dan gangguan terkait Covid.
Toyota, selama ini dinilai relatif tahan terhadap persoalan hambatan rantai pasok saat pandemi melanda.
Baca Juga
“Industri otomotif telah sepenuhnya fokus pada kekurangan pasokan suku cadang, tetapi kasus kali ini adalah pengingat bahwa serangan siber adalah risiko serius yang harus terus dipantau,” kata analis Bloomberg Intelligence Tatsuo Yoshida.
Pemadaman sistem dan penangguhan operasi disebutkan akan mempengaruhi aktivitas produksi dari perusahaan afiliasi Toyota.
Hino Motors Ltd. telah menangguhkan aktivitas di semua pabriknya di Jepang. Sementara itu, Daihatsu Motor Co. menangguhkan pabriknya di Kyoto.
Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang pun sedang turun tangan untuk ikut menyelidiki gangguan sistem.
Adapun, serangan siber telah meningkat di Jepang dalam beberapa tahun terakhir. Pihak berwenang mengidentifikasi 12.275 kasus kejahatan dunia maya di negara itu tahun lalu, rekor tertinggi, menurut Badan Kepolisian Nasional Jepang. Industri manufaktur Jepang adalah target terbesar untuk kejahatan seperti serangan ransomware.