Bisnis.com, JAKARTA – Pengembangan ekosistem kendaraan listrik tak bisa lepas dari peran lembaga pendidikan, khususnya dalam hal penelitian dan pengembangan. Indonesia Battery Corporation (IBC) sebagai perusahaan holding BUMN pelaksana pembangunan ekosistem electric vehicle (EV), telah menggandeng tiga universitas.
Direktur Utama IBC Toto Nugroho mengatakan kolaborasi dengan universitas menjadi krusial terlepas dari kerja sama yang sudah dan akan diteken dengan pemain kendaraan global.
"Karena dari partner ini hampir semua akan memproteksi teknologi mereka, dan kita harus memiliki kemampuan dari segi riset untuk mengembangkan teknologi yang memang bisa kita apply dan kepemilikan paten ada di kita," kata Toto dalam webinar, Rabu (17/11/2021).
Kerja sama yang telah dijalin IBC antara lain dengan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia, untuk formulasi regulasi dan insentif bagi industri baterai dan kendaraan listrik.
Selain itu juga dengan PT Laboratorium Alergen Pertama Indonesia (LAPI) di bawah Institut Teknologi Bandung (ITB), untuk asistensi stasiun battery swapping termasuk pengetesan teknis motor listrik, baterai, dan perilaku konsumen.
Adapun dengan Universitas Sebelas Maret (UNS), IBC bekerja sama dalam pengembangan dan prototipe baterai berbasis Lithium-Ion.
"Salah satu hal yang paling penting bagaimana kita mengintegrasikan resource yang ada untuk kita bisa melihat pengembangan yang dibutuhkan di Indonesia," lanjutnya.
IBC diketahui telah menggandeng dua raksasa kendaraan asal Korea Selatan dalam proyek pabrik baterai mobil listrik, yaitu LG Energy Solution dan Hyundai Motor Group. Ketiganya membentuk joint venture dalam proyek pembangunan pabrik baterai di Karawang senilai US$1,1 miliar.