Bisnis.com, JAKARTA - Pada Agustus lalu, saya mengunjungi kawasan industri di Karawang dan berkesempatan mencoba naik mobil listrik berbasis baterai (BEV) merek Toyota. BEV ini telah digunakan dalam pengujian layanan car sharing di Bali.
Sangat nyaman dan tidak mengeluarkan emisi gas. Pengembangan pasar mobil elektrifikasi di Indonesia baru dimulai. Saya memahami bahwa ada sejumlah tantangan seperti harga dan pembenahan infrastruktur pengisian listrik.
Namun saya yakin, masyarakat Indonesia berharap hadirnya BEV yang merupakan perwujudan masa depan, dapat meluncur di jalan. Pihak terkait industri otomotif Jepang juga ingin bekerja sama dengan Indonesia untuk mewujudkan asa tersebut. Perusahaan pembuat mobil Jepang mulai memproduksi di Indonesia pada 1970-an.
Apakah Anda mengingat generasi pertama Toyota Kijang yang banyak diminati sebagai ‘mobil nasional’? Melihat foto generasi pertama Kijang, Anda akan menyadari bahwa mobil tersebut berbentuk kotak dan tidak mempunyai garis lengkung serta jendela sampingnya terbuat dari terpal atau plastik.
Saya mendengar, keunikan ini merupakan hasil dari upaya untuk memproduksi mobil berkualitas tinggi dengan harga yang terjangkau dan mempertimbangkan kebutuhan masyarakat saat itu.
Mobil niaga Mitsubishi Colt yang namanya telah menjadi Bahasa Indonesia yang artinya ‘angkot’ juga mulai dirakit di Indonesia pada 1970-an. Pada saat itu, karena belum ada sirkuit pengujian di Indonesia, Mitsubishi melaksanakan pengujian rem mobil tersebut untuk pertama kali di lapangan Monas.
Selama kurang lebih 50 tahun lamanya, perusahaan pembuat mobil Jepang telah membangun korporasi patungan dengan mitranya di Indonesia dan meningkatkan produksinya. Pada 2019, sebelum pandemi Covid-19, jumlah produksi mobil mencapai 1,25 juta unit dan ekspor mobil menyentuh angka 330.000 unit.
Dibutuhkan sumber daya manusia yang menguasai kemampuan teknik untuk memproduksi mobil. Perusahaan pembuat mobil Jepang telah berupaya dalam mengembangkan sumber daya manusia di Indonesia.
Mereka juga berupaya dalam pembangunan industri pendukung, menggelar penjualan bersama mitra lokal, serta berkolaborasi dengan dealer. Hasilnya, saat ini tercatat sebanyak 1,26 juta orang bekerja di industri yang berhubungan dengan perusahaan pembuat mobil Jepang. Indonesia telah menjadi hub produksi dan ekspor mobil di Asia Tenggara, sebanding dengan Thailand.
Perusahaan pembuat mobil Jepang menyelaraskan upayanya dengan kebijakan Pemerintah Indonesia yang belakangan ini telah menjalin Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif (CEPA) dengan sejumlah negara seperti Australia dan ingin mendorong peningkatan ekspor lebih lanjut.
Dewasa ini industri mobil sedang berada di masa perubahan yang disebut sebagai Connected, Autonomous, Shared, Electric (CASE), tidak terkecuali Indonesia. Untuk mewujudkan konversi mobil konvensional menjadi mobil elektrifikasi, salah satu yang menjadi fokus dari CASE adalah perlunya sebuah gambaran besar dengan mempertimbangkan aspek kebutuhan maupun pasokan.
Untuk memproduksi bagian dari kendaraan termasuk baterai, motor, dan inverter yang dibutuhkan bagi mobil elektrifikasi, harus menciptakan pasar, meningkatkan kebutuhan serta memanfaatkan skala ekonomi.
Bagian kendaraan tersebut dipakai oleh BEV, mobil hybrid, mobil plug-in hybrid, dan mobil hidrogen. Saya berpikir, penting untuk mewujudkan kondisi di mana konsumen bisa memilih mobil dari berbagai jenis sesuai kebutuhan masing-masing guna memperluas pasar mobil elektrifikasi.
Selain mobil elektrifikasi, ada juga opsi penggunaan biofuel untuk mewujudkan netralitas karbon. Hal yang harus diperhatikan adalah bila motor berbahan bakar minyak tidak dipakai lagi, pemasok yang sedang memproduksi bagian dari motor tersebut akan kehilangan pekerjaan. Mempertahankan lapangan pekerjaan juga harus diperhatikan pada waktu yang bersamaan.
Perusahaan pembuat mobil Jepang sangat memikirkan masa depan industri otomotif di Indonesia. Seiring dengan target yang ditetapkan Kementerian Perindustrian (Indonesia), Jakarta Japan Club (JJC) memprediksi bahwa perusahaan pembuat mobil Jepang akan memproduksi sekitar 2,9 juta unit mobil, menjual sekitar 2 juta unit di Indonesia dan mengekspor kurang lebih 880.000 unit dari Indonesia pada 2030.
Jepang bekerja sama dalam pembangunan dan pengelolaan Pelabuhan Patimban. Kegiatan ekspor mobil dari Pelabuhan Patimban akan dimulai dalam tahun ini.
Jepang berkontribusi pada perancangan dan pembangunan Proving Ground Bekasi dan akan terus menjalankan upaya dalam penelitian, pengembangan dan ekspor mobil. Selain itu, terkait dengan mobil elektrifikasi, Jepang ingin memperluas pasar melalui sejumlah proyek seperti pengujian dan memproduksi mobil elektrifikasi di Indonesia di masa mendatang.
Apa yang menjadi harapan masyarakat Indonesia terhadap mobil di masa depan? Hal penting yang harus digaris bawahi adalah perusahaan pembuat mobil Jepang bertekad untuk terus membangun masa depan industri otomotif di Indonesia bersama dengan masyarakat di sini seperti yang sudah dilakukan selama ini.
Saya yakin meskipun ada berbagai tantangan seperti investasi, penciptaan lapangan pekerjaan, ekspor, pembangunan sumber daya manusia, dan konversi menuju mobil elektrifikasi, solusi yang baik pasti bisa dicapai melalui dialog.
Saya pun ingin terus berupaya bersama-sama guna membangun masa depan industri otomotif di Indonesia.