Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

‘Rayuan’ Kemenperin dan Gaikindo agar Diskon PPnBM Berlanjut, Efektifkah?

Diskon PPnBM 100 persen yang disahkan Kementerian Keuangan sejak Maret 2021, akan berakhir pada Agustus.
Pengunjung melihat mobil-mobil yang dipamerkan saat pembukaan IIMS Hybrid 2021 di JiExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (15/4/2021)./ANTARA FOTO-Hafidz Mubarak A
Pengunjung melihat mobil-mobil yang dipamerkan saat pembukaan IIMS Hybrid 2021 di JiExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (15/4/2021)./ANTARA FOTO-Hafidz Mubarak A

Bisnis.com, JAKARTA — Insentif pajak penjualan atas barang mewah atau PPnBM akan segera berakhir pada Agustus 2021. Sejauh ini, kabar mengenai kelanjutan stimulus untuk mobil berkapasitas 1.500 cc ini belum lagi terdengar.

Diskon PPnBM 100 persen yang disahkan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) lewat Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 77/PMK.03/2021 sejak Maret 2021, akan berakhir pada bulan ini. Insentif bakal tetap berlangsung pada September-Desember 2021, tetapi dengan diskon 25 persen.

Penurunan diskon PPnBM tersebut diprediksi menjadi batu hambatan bagi pemulihan industri otomotif, yang sepanjang tahun lalu tergilas pandemi. Asosiasi terkait maupun Kementerian Perindustrian (Kemenperin) lantas berharap Kemenkeu memberikan lampu hijau untuk kelanjutan diskon PPnBM 100 persen.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita bahkan telah menandatangani usulan perpanjangan insentif PPnBM 100 persen kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani. Hal itu disampaikannya dalam Rapat Kerja dengan Komisi VII DPR RI, baru-baru ini.

“Saya sudah menandatangani surat kepada Menteri Keuangan untuk mengusulkan perpanjangan program PPnBM,” ujar Agus.

Sementara itu, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) telah menggelar webinar terkait evaluasi program insentif PPnBM. Dalam acara itu, Gaikindo menyajikan hasil kajian dari Institute for Strategics Inisiative (ISI), yang menilai bahwa stimulus PPnBM telah menyelamatkan industri otomotif dari krisis akibat Covid-19.

Kajian dengan metode analisis I-O (input-output) itu menunjukkan relaksasi berpotensi mendatangkan pendapatan bagi pemerintah hingga Rp5,17 triliun dari pajak pertambahan nilai (PPN), pajak kendaraan bermotor (PKB), dan bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB).

Diskon PPnBM 100 persen juga dinilai berpotensi meningkatkan volume penjualan mobil, penyerapan tenaga kerja lebih tinggi, peningkatan pendapatan rumah tangga dan pendapatan negara, serta membantu percepatan pemulihan ekonomi nasional.

Sejumlah ‘rayuan’ yang digulirkan Kemenperin dan Gaikindo bukan tanpa sebab. Industri otomotif tercatat jatuh ke titik terendah akibat Covid-19 pada April hingga Juni 2020.

Saat itu, penjualan otomotif hanya mencapai 7.868 unit pada April, 2.551 unit pada Mei, dan 12.623 unit pada Juni secara beruntun. Jumlah ini jauh dari angka penjualan normal, sekitar 80.000 unit per bulan.

Akan tetapi, usai digulirkannya insentif PPnBM 100 persen, kinerja penjualan industri otomotif perlahan bangkit. Data Gaikindo menyebutkan penjualan mobil naik 60,8 persen secara tahunan sepanjang Januari–Juli 2021.

Selama periode tersebut, penjualan dari pabrik ke dealer atau wholesales mencapai 460.105 unit, juga tumbuh 60,8 persen dibandingkan periode pada 2020. Volume ini bahkan mendekati penjualan setahun penuh pada 2020, yakni 532.027 unit.

Penjualan ritel mobil pada tahun ini ikut tumbuh 38,4 persen jika dibandingkan tahun lalu. Pada 2021, realisasi ritel kendaraan roda empat atau lebih mencapai 451.872 unit, sedangkan jumlahnya sebanyak 326.381 unit pada tahun lalu.

Namun, sebagai catatan, pertumbuhan tersebut belum mencerminkan kondisi normal karena sepanjang tahun lalu, kinerja sektor otomotif tertekan oleh pandemi Covid-19 yang membuat aktivitas pabrik hingga dealer sempat terhenti.

Apabila dibandingkan dengan kinerja pada 2019, atau saat kondisi normal, capaian wholesales masih minus 19,47 persen pada 2021. Penjualan otomotif tercatat mencapai 571.351 unit pada Januari–Juli 2019, selisih 111.246 unit dibandingkan 2021.

Selain itu, produksi kendaraan roda empat atau lebih sepanjang Juli 2021, sejatinya masih mengalami tekanan akibat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM.

Dalam periode tersebut, angkanya anjlok 25,1 persen secara bulanan atau menjadi 74.409 unit. Penurunan ini terjadi seiring dengan penerapan PPKM Darurat di Jawa dan Bali.

“Oleh karena itu, harapannya PPnBM [berlangsung] sampai dengan akhir 2021 supaya industri otomotif pulih dengan tuntas,” ujar Ketua Umum Gaikindo Yohannes Nangoi.

TARGET

Tahun ini, Gaikindo menargetkan penjualan kendaraan roda empat atau lebih mencapai 750.000 unit. Dengan ketidakpastian tentang kelanjutan PPnBM, industri otomotif tampaknya bakal terseok-seok memenuhi target tersebut.

Nangoi mengatakan bahwa dengan segala kondisi saat ini, langkah industri otomotif untuk mencapai target penjualan sebanyak 750.000 unit diperkirakan menempuh jalan terjal.

“Jika bicara soal 2021, harapan kami untuk mencapai 750.000 unit pun masih berat,” ungkapnya.

Dengan target 750.000 unit, industri otomotif mematok pertumbuhan sekitar 30 persen dibandingkan dengan tahun lalu. Artinya, jika melihat pencapaian hingga Juli, industri otomotif perlu menjual 298.128 unit mobil selama Agustus–Desember.

Untuk mencapai hal tersebut, rata-rata penjualan industri harus menyentuh sekitar 60.000 unit tiap bulannya. Tentunya ini bukan perkara mudah. Sebagai gambaran, sebelum insentif bergulir, penjualan mobil hanya menyentuh angka 45.000–50.000 unit per bulan.

Dengan kata lain, perpanjangan insentif PPnBM 100 persen untuk mobil 1.500 dapat menjadi jalan tengah untuk meraih target penjualan bulanan dan tahunan dari sektor otomotif.

Ketua I Gaikindo Jongkie Sugiarto mengatakan bahwa jika PPnBM 100 persen tidak diperpanjang, maka penjualan kendaraan roda empat atau lebih bisa terkoreksi karena harga jual bisa menjadi lebih mahal. 

“Ini dilematis, tidak diperpanjang [penjualan] bisa turun. Kalau turun, dampaknya penerimaan pemerintah akan turun dari PPN, PKB, dan BBNKB. Lebih bagus ini dijalankan terus agar pendapatan meningkat,” tuturnya.

Kabar mengenai kelanjutan insentif PPnBM memang belum terdengar lagi. Namun, dengan segala ‘rayuan’ dari para pelaku industri, terlihat adanya kebutuhan terhadap stimulus pajak ini untuk mengakhiri malaise di sektor otomotif.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dionisio Damara
Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper