Bisnis.com, JAKARTA – Krisis pasokan semikonduktor atau cip telah membuat industri otomotif global tertatih-tatih. Analisis terbaru menyebutkan krisis itu diperkirakan membuat rugi industri otomotif hingga US$110 miliar atau setara dengan Rp1.572 triliun.
Adapun, perkiraan kerugian tersebut naik dua kali lipat dari prediksi sebelumnya. Analisis terbaru itu diungkapkan oleh AlixPartners, perusahaan konsultan global yang telah memantau pergerakan krisis cip yang kini makin meluas.
Dikutip dari Bloomberg, Jumat (14/5/2021) AlixPartners juga memperkirakan bahwa pabrikan otomotif global akan kehilangan 3,9 juta kendaraan yang diproduksi tahun ini. Jumlah itu sekitar 4,6 persen dari 84,6 juta kendaraan yang diproyeksikan dari total produksi untuk tahun 2021.
Seiring dengan proyeksi tersebut, para produsen mobil telah mengeluarkan peringatan dalam laporan pendapatan mereka. Ford Motor Co dan General Motors Co, misalnya, memperkirakan kuartal kedua akan menjadi bencana karena pabrik terpaksa menganggur akibat krisis cip.
“Ini masih sangat berdampak pada kuartal ketiga. Kami tidak benar-benar membuatnya masuk ke fase pemulihan sama sekali sampai kuartal keempat,” kata Mark Wakefield, Managing Directors AlixPartners, dikutip Bloomberg, Jumat (14/5/2021).
Menurutnya, industri otomotif mesti berpacu dengan waktu karena pengurangan produksi terkait cip menaikkan harga kendaraan baru dan bekas, sehingga berkontribusi pada inflasi yang lebih tinggi di Amerika Serikat (AS).
Baca Juga
Chief Executive Officer Ford Jim Farley mengatakan bahwa perusahaan sedang mendesain ulang kendaraannya untuk menggunakan cip yang paling umum. Mereka juga berencana meningkatkan inventaris semikonduktor langsung dari pembuat cip.
“Kami benar-benar melihat paruh kedua membaik. Kami mulai lebih percaya pada pasokan chip,” kata Farley dalam rapat pemegang saham tahunan Ford.
Krisis cip yang muncul dari pengurangan produksi terkait pandemi telah diperburuk oleh kebakaran di pabrik semikonduktor di Jepang dan cuaca dingin di Texas, sehingga akhirnya membatasi produksi.
Dan Hearsch, Direktur Pelaksana AlixPartners, mengatakan bahwa dalam satu kendaraan terdapat 1.400 cip dan kemungkinan kebutuhan akan hal tersebut kian meningkat.
“Prioritas utama bagi perusahaan saat ini adalah mengurangi sebaik mungkin efek jangka pendek dari gangguan ini, yang dapat mencakup segala hal mulai dari menegosiasikan ulang kontrak hingga mengelola ekspektasi pemberi pinjaman dan investor,” ujarnya.