Bisnis.com, JAKARTA - Perjanjian multilateral Amerika Serikat-Meksiko-Kanada (USMCA) yang mulai berlaku pada 1 Juli 2020 dinilai mampu mengakselerasi kinerja industri otomotif dari ketiga negara tersebut.
Dilansir dari Wardsauto, Kamis (25/6/2020), perjanjian itu menggantikan sekaligus memodernisasi pakta Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA) yang telah berusia 26 tahun.
Penetapan USMCA diketahui bertujuan mendukung perdagangan yang saling menguntungkan bagi ketiga negara. Perjanjian ini diharapkan berdampak pada masa depan rantai pasokan industri otomotif karena persyaratan baru dan tinggi.
Di bawah USMCA, aturan untuk produsen industri otomotif telah dinaikkan dari standar NAFTA sebelumnya. Salah satunya mengatur 75% kendaraan penumpang dan komponen truk ringan untuk diproduksi di negara UMSCA tidak dikenakan tarif pada 2023.
Standar yang sama akan berlaku untuk bagian inti, tetapi akan sedikit lebih rendah untuk bagian pelengkap dan pokok, yang persyaratan kontennya masing-masing mencapai 65% dan 70% pada tahun 2023.
Selain itu, perjanjian tersebut juga mengatur bahwa 70% pembelian baja dan alumnium harus dilakukan di negara UMSCA, mulai tahun 2020.
Baca Juga
Sebanyak 30% pekerjaan yang diselesaikan dengan kendaraan penumpang, harus dilakukan oleh pekerja berpenghasilan minimal US$16 per jam. Persentase ini bakal meningkat menjadi 40% pada 2023.
Ahslie Lopez, Manajer Senior di Departemen Audit MBAF, mengatakan bahwa produsen yang beroperasi di bawah USMCA dapat mengalami keunggulan kompetitif, dengan asumsi biaya kepatuhan lebih rendah daripada tarif potensial 25%.
"Konsumen dapat dipengaruhi untuk pindah ke merek USMCA di mana harga kendaraan baru kemungkinan tidak akan meningkat secara signifikan," ujarnya.
Mengingat, lanjutnya, produsen mobil tentu akan mengevaluasi apakah persyaratan baru tersebut dapat dipenuhi pada tenggat efektif 1 Juli 2020.