Bisnis.com, JAKARTA - Pengembangan kendaraan sel bahan bakar hidrogen telah menjadi salah satu tujuan dalam mendukung gerakan energi hijau.
Kendaraan tersebut dinilai memiliki keunggulan potensial dibandingkan mobil bertenaga baterai, termasuk dalam hal pengisian bahan bakar yang lebih cepat dan jangkauan lebih panjang.
Seperti yang diberitakan Bloomberg, Rabu (10/6/2020), teknologi kendaraan berbahan bakar hidrogen merupakan teknologi baru. Terhitung, keberadaannya kurang dari 0,1 persen dari hampir 100 juta kendaraan yang diproduksi dunia.
Saehoon Kim, wakil presiden senior dan kepala Fuel Cell Center, Hyundai Motor Co, mengatakan terbatasnya kendaraan berbahan bakar hidrogen disebabkan pengembangan sistem kendaraan tersebut memerlukan banyak uang untuk diinvestasikan pada tahap awal.
"Sangat sulit untuk mempertahankan bisnis ini kecuali Anda memiliki pemilik yang mau berinvestasi selama 10 tahun tanpa menghasilkan apa-apa. Itulah salah satu alasan mengapa banyak perusahaan menyerah," ujarnya dalam wawancara khusus bersama Bloomberg.
Saehoon telah mengerjakan teknologi sel bahan bakar di Hyundai sejak 2003. Dia juga memimpin peluncuran kendaraan sel bahan bakar hidrogen pertama di dunia serta peluncuran generasi kedua, NEXO pada 2018.
Baca Juga
Menurutnya, dari sisi teknologi tak ada perbedaan mendasar dalam pembuatan mobil hidrogen. Faktor yang membuat sektor ini sulit adalah kenyataan bahwa biaya awalnya sangat tinggi.
Sementara dalam teknologi baterai hanya dibutuhkan sebuah inverter. Siapa pun, kata Saehoon, dapat menghasilkan baterai hanya dengan beberapa komponen.
"Ada banyak komponen lain yang dibutuhkan dalam pengembangan mobil hidrogen dan diperlukan tangki bahan bakar. Untuk membentuk rantai pasokan, Anda perlu upaya konstan selama 10 tahun," tuturnya.
Hyundai secara serius menggarap teknologi kendaraan hidrogen dengan membangun pusat penelitian dan pengembangan pada 2006. Perusahaan kemudian meluncurkan versi sel bahan bakar SUV Tuscon pada 2013 dan telah memproduksi 1.000 unit selama lima tahun.
Adapun NEXO telah diproduksi sebanyak 6.500 pada 2019, sementara tahun ini perusahaan menargetkan produksi mencapai 13.000 unit.
Saehoon mengemukakan tujuan Hyundai tidak hanya memproduksi kendaraan hidrogen, tetapi juga menjual teknologi sistem sel bahan bakar tersebut ke produsen lain. Perusahaan juga berencana menawarkan teknologinya ke sektor utilitas, seperti pembuatan kapal dan kereta api.