Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Depresiasi Rupiah, Gaikindo: Biaya Produksi Otomotif Bakal Naik

Meskipun sejumlah merek kendaraan roda empat sudah diproduksi di dalam negeri, tetapi masih banyak bahan baku yang diimpor.
Petugas mengatur alur mobil-mobil yang siap diekspor di Dermaga PT Indonesia Kendaraan Terminal, Jakarta, Selasa (12/2/2019)./ANTARA-Akbar Nugroho Gumay
Petugas mengatur alur mobil-mobil yang siap diekspor di Dermaga PT Indonesia Kendaraan Terminal, Jakarta, Selasa (12/2/2019)./ANTARA-Akbar Nugroho Gumay

Bisnis.com, JAKARTA - Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyatakan dampak melemahnya rupiah terhadap dollar akan sangat berpengaruh terhadap industri otomotif.

Kendati begitu, dampak itu akan berbeda dan tergantung kepada masing-masing agen pemegang merek (APM).

Ketua Umum Gaikindo Yohannes Nangoi menjelaskan tingkat penggunaan dollar AS dan mata uang lainnya setiap APM berbeda satu sama lain.

"Terus tetang pelemahan nilai rupiah sangat berpengaruh. Besar kecilnya tergantung dari masing-masing merek, karena ada yang berdasarkan dollar AS, ada yang yen, won dan Euro," kata Yohannes kepada Bisnis, Senin (23/3/2020).

Hanya saja, lanjut dia, harga produksi kendaraan bakal terdampak dari pelemahan rupiah. Meskipun sejumlah merek kendaraan roda empat sudah diproduksi dalam negeri, masih banyak bahan baku yang diimpor menggunakan dollar.

Hal ini, lanjut dia bakal berdampak pada harga jual dari mobil. Namun, dia menyatakan dampaknya tidak akan dirasakan langsung. Masih ada jeda waktu sampai dampak dari melemahnya rupiah terhadap dollar ini terasa di industri otomotif.

"Dampaknya enggak sekarang langsung tapi mungkin beberapa bulan kemudian. Ada hedging tapi biaya hedging naik. Dampak pasti ada kapan belum tahu orderan kami akan berlaku kapan. Karena baru seminggu dua minggi ini ternyata (dollar) melonjak gini," ujarnya.

Seperti diketahui, Dolar AS kembali ke jalur penguatannya mendorong mata uang pasar berkembang memperpanjang pelemahannya karena investor masih melakukan aksi borong greenback di tengah kekhawatiran bahwa pandemi corona atau Covid-19 akan membuat ekonomi global dalam tekanan.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Senin (23/3/2020) hingga pukul 10.58 WIB, pelemahan mata uang Asia dipimpin oleh rupiah yang terkoreksi 3,7 persen menjadi Rp16.550 per dolar AS, disusul oleh won yang melemah 2,56 persen menjadi 1.277,53 won per dolar AS.

Adapun, rupiah saat ini berada di level terendahnya sejak krisis keuangan 1998 dan hanya berjarak 100 poin untuk menuju level terendahnya sepanjang sejarah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper