Bisnis.com, JAKARTA—Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat memengaruhi para pelaku usaha industri karoseri di dalam negeri menaikkan harga jual produknya lantaran sejumlah biaya produksi meningkat.
Sekretaris Jenderal DPP Asosiasi Karoseri Indonesia (Askarindo) T.Y. Subagio mengungkapkan, pelemahan nilai tukar rupiah memiliki pengaruh terhadap para pelaku usaha karoseri. Akan tetapi, lanjutnya pihaknya belum mengetahui besaran pengaruh tersebut.
“Ada pengaruhnya, tapi seberapa besar saya belum dengar dari anggota,” kata Subagio, Kamis (18/10/2018).
Dia menjelaskan, pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi membuat para pelaku usaha industri karoseri di dalam negeri melakukan penyesuaian harga. Harga baru tersebut biasanya dikenakan untuk pesanan-pesanan baru.
Adapun untuk pesanan yang sudah dikerjakan, lanjutnya kemungkinan tidak ada penyesuaian harga akibat melemahnya nilai tukar rupiah.
Sementara itu, dia menambahkan, kinerja produksi para pelaku usaha industri karoseri di dalam negeri mengalami peningkatan sepanjang sembilan bulan tahun ini. Peningkatan tersebut seiring pertumbuhan penjualan ritel kendaraan niaga di dalam negeri pada Januari—September 2018.
Baca Juga
Tidak hanya itu, peningkatan produksi pelaku usaha karoseri juga terjadi lantaran adanya kebijakan pemerintah dalam melakukan penegakkan hukum terhadap kendaraan truk yang kelebihan muatan dan memiliki dimensi berlebih. “Peningkatan produksi ya,” katanya.
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yang dilihat Bisnis, penjualan ritel kendaraan niaga di dalam negeri dari Januari sampai September 2018 mengalami peningkatan.
Gaikindo mencatat, penjualan ritel bus, pikap, dan truk mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 4%, 10%, dan 29% pada sembilan bulan tahun ini dibandingkan penjualan pada periode yang sama tahun lalu.
Ketua I Gaikindo Jongkie D. Sugiarto mengungkapkan pertumbuhan penjualan yang terjadi pada kendaraan niaga karena pembangunan infrastruktur yang membutuhkan bahan-bahan bangunan, dan perlu diangkut dengan kendaraan niaga.
Tidak hanya itu, harga komoditas yang baik juga menjadi penyebab pertumbuhan penjualan kendaraan niaga di dalam negeri karena angkutan komoditas seperti sawit dan batu bara ikut terdongkrak.
“Pembangunan infrastruktur yang sangat membutuhkan angkutan batu, semen, pasir, besi, dan lain-lain. Harga komoditas yang baik, angkutan batu bara, sawit, dan lain-lain meningkat,” kata Jongkie kepada Bisnis, Minggu (14/10/2018) malam.