Bisnis.com, JAKARTA—Mitsubishi Fuso optimistis dapat mencapai target penjualan yang dipatok pada tahun ini. Penjualan pada sisa tahun ini diprediksi masih akan tumbuh walau ada kemungkinan tidak sebesar prediksi di awal tahun karena depresiasi rupiah.
Direktur Sales & Marketing PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors (KTB) Duljatmono mengatakan, tren penjualan hingga sejauh ini masih positif karena permintaan dari sektor yang menjadi penopang penjualan masih tumbuh.
Terdapat tiga sektor utama yang mendorong penjualan Mitsubishi Fuso pada tahun ini yakni perkebunan khususnya sawit, pembangunan infrastruktur dan tambang batu bara. Logistik juga berkontribusi terhadap penjualan walau pertumbuhannya tidak setinggi ketiga sektor lainnya.
Dia menyebutkan, alah satu tantangan pada sisa tahun ini ialah depresiasi rupiah yang dapat membuat pelaku usaha sedikit menahan belanja. Hal itu berpontensi membuat pertumbuhan permintaan kendaraan komersial sedikit meleset dari prediksi awal tahun.
“Tren masih positif hanya perlu dilihat atau kondisi yang harus kami cermati ialah depresiasi rupiah, itu faktor yang perlu kami cermati. Sektor pendorong masih positif hanya dulu kami prediksi tumbuh sekian mungkin menjadi sedikit turun, tapi kami masih optimistis,” paparnya di Ketapang baru-baru ini.
Adapun, pada tahun ini kendaraan komersial menjadi salah satu segmen yang tumbuh positif. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat penjualan retail Mitsubishi Fuso hingga September telah mencapai 36.807 unit, naik 23,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Baca Juga
Pada September 2018, Mitsubishi Fuso mampu memasarkan kendaraan sebanyak 4.466 unit, naik tipis dari bulan sebelumnya yang sebanyak 4.096 unit. Motor utama penjualan Mitsubishi Fuso ialah pada kelas truk ringan (light duty) melalui Colt Diesel yang saat ini menjadi pemimpin pasar.
Duljatmono menjawab diplomatis terkait dampak depresiasi rupiah terhadap penyesuaian harga. Menurutnya, Mitsubishi Fuso berupaya menyediakan kendaraan yang tepat untuk konsumen dengan harga yang dapat diterima pasar.
“Harga tentu di dalam perkembangan, perubahan harga harus disesuaikan dengan penerimaan pasar itu intinya,” tambahnya.