Bisnis.com, JAKARTA - PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) siap memproduksi kendaraan listrik untuk pasar dalam negeri. Model-model yang diproduksi akan disesuaikan dengan pelanggan di Indonesia.
Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMIIN) Warih Andang Tjahjono mengatakan bahwa Toyota memiliki komitmen untuk memperkenalkan semua jajaran produk kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) di Indonesia.
"Jadi, industri electric vehicle sudah ada dan menjadi komitmen Toyota untuk memperkenalkan semua line up EV di Indonesia. Sesuai dengan preference customer di Indonesia. Kita akan memproduksi model-model yang nanti diharapkan customerdi Indonesia," kata Warih di sela-sela acara Kickoff Electrified Vehicle Comprehensive Study, Rabu (4 /7/2018).
Toyota memiliki sejumlah model kendaraan listrik, seperti Prius, Camry, Yaris, Camry, Auris, Toyota C-HR, dan RAV4. Toyota berkomitmen untuk memperluas penggunakan teknologi penggerak listrik, dengan target penjualan 5,5 juta mobil listrik pada 2030, termasuk 1,1 juta unit mobil niremisi BEVs, dan FCEVs.
Toyota menargetkan seluruh model kendaraannya, termasuk merek Lexus akan tersedia dengan versi listrik pada 2025, dan tidak akan menambah model tanpa tanpa versi elektrik. Toyota akan mempercepat popularitas BEV dengan menghadirkan 10 model BEV pada awal 2020.
Warih menjelaskan, keinginan konsumen merupakan yang terpenting dan menjadi tantangan bagi perusahaan dalam menjual kendaraan bermotor mobil listrik.
Baca Juga
Oleh karena itu, lanjutnya, salah satu yang ingin dipelajari perusahaan adalah terkait dengan pilihan konsumen terhadap kendaraan listrik dengan adanya riset dan studi yang terjalin antara Kementerian Perindustrian, Toyota Indonesia, dan enam perguruan tinggi.
Menurutnya, masyarakat harus diperkenalkan kesulitan-kesulitan, kemudahan-kemudahan, dan sebagainya terkait dengan kendaraan listrik. "Karena kita adalah salah satu negara yang marketnya besar sekali. Jadi menjadi opportunity," katanya.
Selain konsumen, faktor penting dan yang menjadi tantangan lainnya bagi perusahaan adalah terkait rantai pasokan atau supply chain dalam industri kendaraan bermotor mobil listrik.
Menurutnya, rantai pasokan industri otomotif yang ada di dalam negeri perlu dipersiapkan guna menghadapi kendaraan bermotor mobil listrik di masa yang akan datang. Saat ini, ujarnya, perbedaan harga kendaraan listrik dengan kendaraan konvensional bisa sebesar 30%.
Dia berharap, perbedaan harga kendaraan listrik dengan konvensional tidak terlalu besar dengan rencana pemerintah yang akan memberikan insentif fiskal terkait Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) kendaraan listrik.
"Jadi, kita berharap gap antara conventional vehicle dan electric vehicle itu tidak terlalu besar, tidak seperti sekarang. Itu juga salah satu tujuan kita agar customer menyukai electric vehicle," katanya.
Terkait dengan persiapan yang dilakukan perusahaan seperti lini produksi dan investasi, dia mengatakan, "On the way."