Bisnis.com, JAKARTA—Pengapalan kendaraan bermotor mobil dari Indonesia bertumbuh sangat tipis pada lima bulan pertama tahun ini. Hambatan masuk ke pasar Vietnam dituding menjadi penyebab stagnasi laju ekspor.
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), ekspor mobil dari Indonesia sepanjang Januari-Mei 2018 tercatat sebanyak 95.820 unit atau hanya selisih 93 unit (0,1%) dibandingkan dengan capaian pada periode yang sama tahun lalu 95.727 unit.
Toyota, yang selama ini mendominasi kontribusi ekspor otomotif dari Indonesia, mengalami penurunan pengapalan signifikan. Meski tak signifikan, penurunan ekspor juga dialami oleh Hyundai, dan Datsun. (lihat tabel)
Namun, penurunan tersebut berhasil diimbangi oleh peningkatan pengapalan merek Daihatsu dan Suzuki. Kontribusi peningkatan ekspor kendaraan bermotor dari Indonesia juga disumbangkan oleh Hino.
Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie D. Sugiarto menilai bahwa rendahnya pertumbuhan pengapalan kendaraan bermotor mobil dari Indonesia lantaran masih ada kendala ekspor ke Vietnam.
“Kan, ada kendala ekspor ke Vietnam,” kata Jongkie kepada Bisnis, Minggu (1/7).
Baca Juga
Berdasarkan data Gaikindo, pasar Vietnam sepanjang tahun lalu menyerap sekitar 5,75% dari mobil yang diekspor Indonesia. Ekspor mobil Indonesia ke Vietnam didominasi oleh merek Toyota sekitar 94,91%.
Jongkie menambahkan bahwa penyebab lain dari penurunan pengapalan mobil dari Indonesia itu adalah kinerja ekspor Toyota yang anjlok selama lima bulan pertama tahun ini.
Sebelumnya, Director Administration, Corporate & External Affairs PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azzam mengungkapkan bahwa jumlah kendaraan yang tidak diekspor ke Vietnam sampai dengan Maret 2018 sekitar 5.400 unit, dan membuat nilai ekspor perusahaan tergerus sekitar US$140 juta.
Pada tahun lalu, pasar Vietnam menyerap sekitar 10,44% terhadap total ekspor Toyota, di luar model Avanza, Rush, dan Wigo.
Toyota yang tahun lalu mendominasi ekspor, sepanjang lima bulan pertama tahun ini menderita penurunan pengapalan 9.077 unit atau -18,44% dibandingkan dengan capaian pada periode yang sama tahun lalu 49.216 unit menjadi hanya 40.139 unit.
Namun, Daihatsu dan Suzuki yang masing-masing menjadi penyumbang ekspor terbesar kedua dan ketiga berhasil meningkatkan pengapalan dengan tingkat yang signifikan. Daihatsu membukukan kenaikan ekspor 21,3% menjadi 40.089 unit, adapun Suzuki meningkat 23,1% menjadi 13.764 unit.
PERMINTAAN MENGUAT
Harold Donnel, Head of Brand Developmenet & Marketing Research 4W SIS, mengatakan pertumbuhan pengapalan Suzuki pada lima bulan pertama tahun ini tidak terlepas dari permintaan di negara-negara tujuan ekspor yang menguat.
Saat ini, ujarnya, kendaraan roda empat yang diekspor oleh Suzuki adalah APV dan Ertiga. Kedua produk tersebut di ekspor ke beberapa wilayah, seperti Asia, Afrika Selatan dan Karibia, serta Timur Tengah.
Suzuki, dia menuturkan, akan mulai melakukan pengapalan produk kendaraan kecil serbagunanya, yakni All New Ertiga pada September 2018 ke beberapa wilayah seperti Asia, Amerika Selatan, Oceania, dan Karibia.
Suzuki menargetkan dapat melakukan pengapalan All New Ertiga sebanyak 12.000 unit hingga akhir tahun fiskal 2018 atau pada Maret 2019.
Dalam data Gaikindo, Suzuki tercatat telah melakukan pengapalan lima unit kendaraan All New Ertiga GX-MT dan GX-ASP MT pada bulan lalu ke wilayah Asia. Ekspor Ertiga mencapai 6.399 atau sekitar 46,49% dari total ekspor Suzuki pada Januari—Mei 2018.