Bisnis.com, TANGERANG—Tidak hanya sektor industri otomotif RI yang dikuasai Jepang, pada masa mendatang tampaknya industri penunjang otomotif dalam hal ini komponen pun demikian.
Industri kecil dan menengah (IKM) Jepang memang lebih unggul dibandingkan produsen komponen lokal. Bukan hanya permodalan mereka yang lebih kuat, penguasaan teknologinya juga lebih baik.
Dirjen IKM Kementerian Perindustrian Euis Saedah mengatakan pendalaman struktur industri penunjang otomotif penting guna menekan defisit perdagangan produk ini.
“Kita defisit impor komponen sempat sampai Rp90 triliun,” ucapnya dalam Fukuoka (Japan) - Indonesia Autoparts Makers Business Consultative Session, di ICE BSD City, Tangerang Selatan, Jumat (21/8/2015).
Pendalam struktur industri komponen terbilang mendesak. Seiring peningkatan kapasitas produksi kendaraan bermotor, jika produsen komponen lokal tak berkembang maka kebutuhan dipenuhi impor. Kapasitas terpasang produksi mobil sekarang mencapai 2 juta unit per tahun dan 8 juta unit motor.
Pebisnis komponen otomotif di Tanah Air kini baru sekitar 1.500 perusahaan. Merekapun rerata berlakon lebih sebagai subsuplier bukan pemasok utama yang bercokol di tier satu. Kebanyakan IKM lokal bermain di level tier dua atau tiga.
Salah satu pebisnis komponen yang potensial digandeng IKM lokal adalah mereka yang berada di Prefektur Fukuoka, Jepang. Ke depan, investasi di industri penunjang otomotif yang masuk ke RI diharapkan tidak murni asing tetapi kolaborasi dengan lokal alias joint venture.
Euis menyebutkan dalam lima tahun terakhir pada 2010 – 2014 investasi asal Jepang ke Indonesia mencapai US$12,10 miliar. Nilai ini berasal dari lebih dari 3.000 proyek. Khusus selama semester pertama tahun ini masuk US$1,57 miliar dari 989 proyek.