Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KRISIS DAYA BELI: Dekati Lebaran, ATPM Mobil Cuma Meringis

Pelaku industri kendaraan roda empat mengungkapkan tren konsumsi lebaran pada tahun ini tak banyak membantu penjualan bulanan dikarenakan adanya kelebihan pasokan produk di pasar yang tengah lesu.
Petugas mengecek kesiapan mobil baru di kawasan Tanjung Priok Car Terminal, Jakarta, belum lama ini. Penjualan mobil selama kuartal I/2015 turun 14% menjadi 282.343 unit dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu 328.519 unit./Bisnis-Nurul Hidayat
Petugas mengecek kesiapan mobil baru di kawasan Tanjung Priok Car Terminal, Jakarta, belum lama ini. Penjualan mobil selama kuartal I/2015 turun 14% menjadi 282.343 unit dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu 328.519 unit./Bisnis-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku industri kendaraan roda empat mengungkapkan tren penjualan pada suasana Lebaran tahun ini tak banyak membantu penjualan bulanan dikarenakan adanya kelebihan pasokan produk di pasar yang tengah lesu.

Direktur Pemasaran PT Toyota Astra Motor (TAM) Rachmat Samulo mengungkapkan tren Lebaran tahun ini tak membuat penjualan terdongkrak signifikan. Menurutnya, kondisi tahun ini tak bisa disamakan dengan kinerja tahun-tahun sebelumnya.

Dia mengungkapkan pengalaman menghadapi tren Lebaran pada beberapa tahun belakangan telah membuat pelaku industri memburu stok yang tinggi, sehingga saat memasuki puncak tren sekitar sebulan sebelum Lebaran, pasar dapat menyerapnya. Akan tetapi pada tahun ini, pasar tak mampu menyerap volume yang telah disiapkan pelaku industri.

“Alhasil, kalaupun ada peningkatan penjualan dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya pada tahun ini, tren Lebaran hanya mencetak pertumbuhan paling besar 5%,” ujarnya kepada Bisnis.com, Minggu (14/6/2015).

Belum membaiknya permintaan konsumen memang tergambarkan dari melemahnya penjualan ritel. Penjualan ritel, yakni dari diler ke konsumen sepanjang lima bulan pertama tahun ini hanya berada di level 432.650 unit, turun sekitar 14% dibandingkan dengan tahun lalu yang mencapai 501.312 unit.

Sepanjang tahun ini, pelaku industri memperkirakan pasar otomotif cenderung mengalami kelesuan dikarenakan belum bergeliatnya perekonomian. Sedangkan pada semester II/2015, meski terjadi  penaikan tak bisa menutup defisit penjualan pada semester pertama tahun ini.

Bahkan, pasar otomotif nasional tak akan bergerak melebihi kisaran 1 juta unit. Kondisi itu, merupakan dampak dari banyak faktor yang berujung memangkas daya beli masyrakat.

Beragam cara disuntikkan ke pasar agar daya beli konsumen terlecut. Mulai dari diskon yang diperbesar hingga melalui dorongan pemerintah yang mengucurkan anggaran untuk menggeliatkan perekonomian serta bisa menciptakan lapangan pekerjaan.

Terlebih saat ini pemerintah pun melonggarkan acuan likuiditas dengan mempercepat dan memperluas kebijakan yang menaikan level loan to value (LTV). Namun pasar diragukan segera membaik.

Buktinya, pasar kendaraan roda empat dalam negeri masih mengalami stagnasi, pada periode Mei penjualan hanya sekitar 79.383 unit, melemah 2,62% dibandingkan capaian periode sama tahun lalu yang sebanyak 81.526 unit.

Terpangkasnya kemampuan beli masyarakat itu pun tercermin dari sepinya permintaan produk yang terkait dengan distribusi barang. Seperti produk Toyota Dyna, menurut Samulo, hingga saat ini penjualan pun belum terlalu moncer, padahal kian mendekati tren lebaran.

Dia menyimpulkan ambruknya sektor logistik merupakan pegangan bagi pelaku industri memahami pasar. “Daya beli masyarakat masih belum menguat,” tuturnya.

Direktur Pemasaran dan Purnajual PT Honda Prospect Motor (HPM) Jonfis Fandy pun memperkirakan hal yang sama. Dari stagnasi pasar hingga lima bulan pertama tahun ini, tren Lebaran pun tak bisa memberikan peningkatan yang signifikan.

Hanya saja, HPM tetap mematok target pertumbuhan penjualan yang terdampak tren Lebaran hingga 10% dari penjualan bulanan. “Kami akan membantunya dengan banyak menawarkan program menarik yang ditawarkan kepada konsumen mulai dari bulan ini,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper