Bisnis.com, JAKARTA-Bengkel otomotif skala kecil dan menengah terancam tidak dapat menikmati kehadiran mobil murah dan ramah lingkungan (low cost green car/LCGC) karena keterbatasan modal untuk mengikuti perkembangan teknologi kendaraan terbaru.
Kedatangan mobil murah dan hemat energi yang dipelopori Toyota Agya dan Daihatsu Ayla menjadi bagian dari pesatnya perkembangan industri otomotif yang semakin modern dengan mengadopsi teknologi yang serba komputerisasi pada mesin dan fiturnya.
Hendro Setyawan, Ketua Koperasi Bengkel Otomotif, mengatakan kekhawatiran bengkel skala kecil akan tergilas oleh perkembangan teknologi kendaraan yang semakin canggih yang sudah terasa sebelum ramai isu pasar otomotif dipadati LCGC.
“Untuk itu banyak pengusaha bengkel otomotif sekala kecil dan menengah yang segera melakukan upaya peningkatan skill, kemampuan dan peralatan dengan tambahan modal yang cukup besar,” katanya menjawab Bisnis di Jakarta, Rabu (9/10/2013).
Menurutnya, peningkatan skill dan peralatan kerja bengkel otomotif menjadi keharusan agar tidak tergilas oleh pesatnya perkembangan teknologi kendaraan terbaru setelah model mobil yang lama tidak diproduksi lagi dan populasinya juga terus menyusut.
Upaya menyesuaikan dengang perkembangan teknologi kendaraan tersebut, lanjutnya, membutuhkan investasi yang cukup besar, di antaranya untuk membeli peralatan yang harganya mencapai Rp20 juta hingga Rp80 juta sesuai dengan spesifikasinya.
Dengan demikian, imbuhnya, bengkel otomotif skala kecil yang tidak mau meningkatkan kemampuan layanan secara maksmimal, maka bidang pekerjaan yang bisa digarap semakin sedikit dan tidak berkaitan dengan mesin seperti kaki-kaki, pelek dan ban.
Dia menjelaskan kehadiran kendaraan LCGC yang sementara ini terwakili oleh Toyota Agya, Daihatsu Ayla, Honda Brio Satya, Suzuki Kariman Wagon R dan Datsun GO+ akan menambah banyak “kue” yang menjadi peluang bagi usaha bengkel otomotif.
Sebab, lanjutnya, teknologi yang digunakan pada mobil LCGC relatif sudah dikuasai oleh bengkel skala menengah dan besar yang aktif mengupgrade diri untuk meningkatkan skill mekanik dan menambah peralatan sesuai kebutuhan.
“Namun, peluang pasar dengan adanya tambahan konsumen dari kendaraan LCGC itu beru bisa kami rasakan sekitar 4 tahun mendatang setelah masa berlaku garansi perawatan dan perbaikan dari pabrik dan dilernya berakhir,” ujarnya.
Hendro mengatakan siklus permintaan layanan bengkel otomotif kembali menurun setelah pada bulan lalu meningkat sekitar 20%-25% karena banyak kendaraan dilakukan perawatan atau perbaikan setelah digunakan untuk transportasi mudik Lebaran.
Penurunan permintaan layanan bengkel menjadi semakin besar, lanjutnya, sebagai akibat dari dampak pelemahan nilai tukar rupiah, kenaikan tarif dasar listri, tarif jalan tol dan beberapa faktor pemicu kenaikan harga yang lainnya.
“Selain banyak konsumen menunda perbaikan kendaraan karena alokasi anggerannya untuk pos kebutuhan keluarga yang lebih mendesak, juga karena harga suku cadang dan ongkos yang relati tinggi mencapai 10%,” ujarnya