Bisnis.com, SEOUL--Arah perbincangan seputar dunia otomotif nasional tampaknya belum bisa dilepaskan dari program mobil murah ramah lingkungan, populer disebut low cost green car (LCGC).
Kementerian Perindustrian, sebagai pihak terdepan dalam mengusung program tersebut, tak pelak menjadi rujukan bagi pers untuk menggali lebih jauh jeroan makhluk baru bernama LCGC itu. Mereka yang juga ikutan sibuk bukan kepalang sejak LCGC mengumandang tentunya kalangan agen tunggal pemegang merek.
Tak cuma sibuk mendalami aturan ketat yang termaktub dalam ketentuan tersebut, seperti yang dilakukan Toyota, Daihatsu, Suzuki, Honda, dan Datsun, tetapi juga menimbang-nimbang dengan kalkulasi cermat bagi pabrikan atau prinsipal lainnya yang belum mengajukan proposal ke meja Menteri Perindustrian MS Hidayat.
Kebetulan Pak Hi, panggilan akrab Hidayat, sedang berada di Seoul, Korsel untuk menghadiri serangkaian pertemuan dalam rangka memperingati 40 tahun hubungan ekonomi dan bisnis antara Indonesia dan Negeri Ginseng.
Hidayat tidak sendiri. Menteri Perdagangan Gita Wirjawan juga tampak hadir bersama Menko Perekonomian Hatta Rajasa. Tak ketinggalan pula beberapa pengurus teras Kadin Indonesia dan Gaikindo yang diwakili Jongkie D. Sugiarto. Pebisnis yang satu ini juga adalah Vice Chairman PT Hyundai Indonesia Motor, agen tunggal Hyundai di Indonesia.
Meski selama ini kendaraan jenis Hyundai yang berseliweran di jalan-jalan kota besar Indonesia masih diimpor utuh, prinsipal tersebut tak tahan juga untuk mulai melirik program LCGC meski Hyundai belum memiliki fasilitas produksi. Berbeda dengan Toyota, Daihatsu, Suzuki, dan Honda. Pabrik mereka tak pernah tidur.
"Saya sudah bilang ke Hyundai, kalau mau ikut LCGC syaratnya banyak dan berat, terutama syarat local content. Ya, harus diikuti. Saat ini mereka sedang mengkaji," ujar Jongkie di Seoul, Rabu (25/9/2013), dalam obrolan santai dengan pers.
Tak ayal, LCGC pun berkumandang sampai Negeri Ginseng. Padahal penjualan Hyundai di Indonesia terbilang masih kecil, sekitar 6.000 unit per tahun. Namun kondisi ini tampaknya tak membuat Hyundai gentar. Apalagi, kata Jongkie, sebenarnya Hyundai sudah memiliki 'calon kuat' yang siap di-LCGC-kan.
"Itu kendaraan yang diproduksi di India. Siap diluncurkan. Kapasitas mesinnya 1.000 cc. Local content-nya sudah mencapai sekitar 70%," ujarnya.
Pemerintah, seperti dikemukakan Budi Dharmadi, Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian, tentu saja menyambut positif siapapun pabrikan yang mau melakoni program LCGC sepanjang memenuhi persyaratan.
"Sejauh ini kita baru aggrement dengan Korea untuk green car. Fokusnya joint research secara luas," ujarnya. Sanggupkah Hyundai melenggang di LCGC, kita tunggu saja...