Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produsen LCGC: Hilangkan Saja BBM Subsidi

Produsen mobil hemat bahan bakar dengan harga terjangkau (low cost and green car/LCGC) menegaskan kendaraan ini tak pernah ditujukan untuk menenggak bensin bersubsidi. Ketimbang terus berdebat soal konsumsi bahan bakar minyak (BBM) sekalian saja Premium dihapuskan.

Bisnis.com, JAKARTA—Produsen mobil hemat bahan bakar dengan harga terjangkau (low cost and green car/LCGC) menegaskan kendaraan ini tak pernah ditujukan untuk menenggak bensin bersubsidi. Ketimbang terus berdebat soal konsumsi bahan bakar minyak (BBM) sekalian saja Premium dihapuskan.

Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Sudirman MR menilai pemilik LCGC sebetulnya mampu untuk membeli BBM nonsubsidi.

"Daripada susah pengawasan kenapa tak hapus saja BBM subsidi? Pembelinya juga mampu [beli nonsubsidi]," katanya ditemui di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Jumat (11/4/2014).

Anjuran agar LCGC menggunakan BBM nonsubsidi disampaikan pabrikan melalui buku manual kendaraan serta stiker di tutup tangki bensin.

Bahkan, lubang tangki Astra-Toyota Agya dan Astra-Daihatsu Ayla didesain berukuran lebih kecil daripada nozzle Premium di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU).

Oleh karena itu, Sudirman yang juga menjabat Presiden Direktur PT Astra Daihatsu Motor (ADM) mengaku bingung sewaktu LCGC dikabarkan menenggak bensin subsidi.

Kalau ternyata pengisian Premium diakali menggunakan alat bantu tertentu maka pengawasannya bukan lagi kewenangan produsen maupun Kementerian Perindustrian (Kemenperin).

"Lubang tangki bensi Agya dan Ayla itu kecil, ini untuk isi Pertamax. Kami sudah berupaya menggiring konsumen pakai BBM nonsubsidi," ucapnya kepada wartawan.

Catatan saja, sepanjang kuartal I/2014 penjualan LCGC dari pabrikan ke diler berkisar di atas 10.000 unit per bulan.

Berdasarkan data Gaikindo untuk periode Januari - Februari 2014 total wholesales mencapai 30.556 unit.

Selama 3 bulan pertama tahun ini LCGC diproyeksikan terjual sekitar 45.000 unit di dalam negeri, data resmi Gaikindo untuk penjualan Maret 2014 belum keluar.

Sedangkan ekspor khusus Agya dan Ayla menggunakan merek Toyota Wego ke Filipina setiap bulan sekitar 500 unit.

"Sekalipun LCGC tidak ada, saya rasa pasar otomotif domestik akan tetap naik terus. Tapi, LCGC memang memberi kontribusi terhadap penjualan," ucap Sudirman.

Bagaimanpun LCGC turut mendongkrak perkembangan industri komponen otomotif di dalam negeri.

PT ADM sendiri, selaku pabrikan Agya dan Ayla, menambah 30 pemasok tier 1 sejak program ini bergulir di akhir kuartal III/2013, totalnya ada 206 suplier.

Kehadiran LCGC diharapkan bisa memperkuat industri otomotif RI sebagai basis produksi otomotif.

Pasalnya, manufaktur kendaraan ini dipatok memenuhi lebih dari 80% konten lokal. Keterlibatan 5 merek dalam program mobil hemat bahan bakar ini membawa investasi baru totalnya senilai US$6,5 miliar serta melahirkan ratusan perusahaan komponen baru.

Sekalipun LCGC mengenggak premium jumlahnya diyakini tetap lebih hemat ketimbang mobil lain dengan asumsi seliter bensin bisa menempuh 20 km.

Populasi LCGC juga tak lebih dari 10% total produksi kendaraan nasional atau setara 30.000 unit dari 1,2 juta unit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dini Hariyanti
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper