Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Lesu, Strategi Investasi Mobil Listrik Produsen Jepang Dianggap Lebih Jitu

Kelesuan penjualan mobil listrik global seperti sudah diantisipasi para produsen Jepang. Toyota, Nissan dan lainnya melanjutkan investasi bertahap.
Kendaraan sport utility (SUV) crossover listrik Nissan Ariya dirakit di Nissan Intelligent Factory di Kaminokawa, Prefektur Tochigi, Jepang/Bloomberg-Akio Kon
Kendaraan sport utility (SUV) crossover listrik Nissan Ariya dirakit di Nissan Intelligent Factory di Kaminokawa, Prefektur Tochigi, Jepang/Bloomberg-Akio Kon

Bisnis.com, JAKARTA- Produsen mobil Jepang ramai-ramai menggenjot investasi pengembangan mobil listrik di tengah kelesuan pasar.

Dikutip dari Bloomberg, Senin (19/2/2024), di tengah kelesuan pasar mobil listrik yang berlanjut hingga periode tahun ini, beberapa produsen mobil Jepang mengaku akan meningkatkan investasi.

Sebaliknya, pelambatan pertumbuhan penjualan mobil listrik sepertinya diantisipasi lebih dulu oleh para produsen Jepang. Toyota, Nissan dan produsen lainnya seakan membiarkan perlombaan prinsipal lain dalam pengembangan mobil listrik, di tengah masih tingginya harga baterai dan belum meratanya infrastruktur pengisian daya.

Dengan kata lain, perusahaan otomotif Jepang tahu bahwa pembeli mobil belum siap untuk beralih ke mobil listrik secepat yang diharapkan.

“Pelanggan menentukan kecepatan elektrifikasi,” kata Stephen Ma, Chief Financial Officer Nissan Motor Co., pada bulan ini.

Menurutnya, elektrifikasi bukanlah pertumbuhan yang linier, garis lurus. “Itu akan naik dan turun. Namun dalam jangka panjang, hal itu akan tumbuh,” ungkapnya.

Saat ini, produsen mobil termasuk Tesla Inc. telah mengatur ulang ekspektasi karena laju ekspansi kendaraan listrik melambat.

Banyak konsumen yang terkena dampak inflasi tinggi dan suku bunga masih merasa mobil listrik masih sulit dijangkau, dan beberapa produsen mobil belum meluncurkan produk yang menarik bagi pembeli mewah atau pengguna awal.

Faktor yang belum menguntungkan bagi mobil listrik ini, justru memacu pertumbuhan signifikan mobil hybrid, khususnya buatan Toyota Motor Corp.

Pelemahan yen juga meningkatkan keuntungan di sektor otomotif Jepang, memberikan ruang bagi perusahaan untuk menunggu waktu guna meningkatkan kapasitas dan mengembangkan kendaraan listrik dengan kecepatan yang lebih tinggi.

“Selalu ada bahaya bahwa kendaraan hibrida menjadi begitu menarik bagi petahana seperti Toyota, sehingga mereka juga terjebak di dalamnya, dan karena itu terlalu lambat dalam merespons gangguan tersebut,” kata Nathan Furr, Proferso di bisnis Insead di Perancis.

Bahkan, Nathan sebelumnya menganggap strategi Toyota yang lebih memprioritaskan mobil hybrid cukup lambat merespon pasar. Namun sebaliknya kini, dia menilai strategi itu sebagai langkah yang bijaksana.

Sementara itu,  CFO Honda Motor Co. Eiji Fujimura mengatakan perusahaan telah mengetahui perlambatan pada kendaraan listrik yang memang bisa saja terjadi. Meski begitu, dia mengatakan “elektrifikasi harus dilanjutkan” untuk mencapai netralitas karbon, dan produsen mobil akan terus mendorong strategi kendaraan listriknya.

Wakil Presiden Eksekutif Subaru Corp. Tomoaki Emori mengaku optimistis dengan pertumbuhan mobil listrik. Subaru telah merencanakan investasi pengembangan mobil listrik hingga sebesar ¥1,5 triliun (US$10 miliar).

Pabrikan lainnya, Nissan telah memberikan komitmen sebesar ¥2 triliun pada 2021 untuk mempercepat elektrifikasi dalam jangka waktu lima tahun

Sedangkan Toyota, pabrikan nomor satu di dunia yang kini banjir kritik akibat langkah bertahapnya untuk melakukan elektrifikasi, bahkan mengembangkan berbagai teknologi yang dicap ramah lingkungan. Toyota menghadirkan teknologi mobil hybrid, bahkan hydrogen selain mobil listrik bertenaga baterai.

CFO Toyota Yoichi Miyazaki mengatakan kendaraan hibrida yang tidak memerlukan infrastruktur pengisian daya menarik dukungan konsumen sebagai “solusi realistis.”

Toyota bersiap untuk menjual 5 juta kendaraan berbahan bakar gas-listrik setiap tahunnya mulai  2025, setahun lebih awal dari perkiraan sebelumnya. (Maria Jessica Elvira Marus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Redaksi
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper