Bisnis.com, JAKARTA — Indonesia disebut masih jauh dari ancaman greenflation yang sempat digaungkan oleh Calon Wakil Presiden nomor urut 02 Gibran Rakabuming Raka lantaran transisi energi yang belum terlalu masif.
Ekonom Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Ahmad Heri Firdaus mengatakan greenflation yang dialami oleh negara-negara Eropa terjadi seiring adanya proses transisi energi yang masif, dan memiliki porsi tersendiri terhadap produk domestik bruto (PDB).
Menurutnya, antisipasi terhadap greenflation memang dibutuhkan untuk menjaga stabilitas harga dalam hal investasi seiring terjadinya peningkatan bahan baku dan pasokan.
Istilah greenflation sendiri merujuk pada kenaikan harga barang sebagai konsekuensi dari peningkatan permintaan untuk produk ramah lingkungan. Salah satunya adalah baterai motor listrik yang meningkat harganya seiring tingginya permintaan.
“Investasi atau inovasi katakanlah baterai kendaraan semakin banyak produksinya ini bisa membantu menekan atau antisipasi lonjakan greenflation tersebut,” tuturnya dalam diskusi Xplore Motor Listrik di kantor Bisnis Indonesia, Kamis (25/1/2024).
Saat debat cawapres pada Minggu (21/1/2024). Calon Wakil Presiden (Cawapres) nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka melayangkan pertanyaan soal greenflation kepada Cawapres nomor urut 3 Mahfud MD untuk mengatasi greenflation.
Baca Juga
"Bagaimana cara mengatasi greenflation? Terima kasih," ucap Gibran kepada Mahfud MD.
Menanggapi pertanyaan itu, Mahfud MD juga sempat memberikan penjelasan mengenai inflasi hijau hingga ekonomi sirkuler.
Meski demikian, jawaban Mahfud kemudian dibantah dengan Gibran yang malah mengaitkan dengan gerakan rompi kuning yang terjadi di Prancis beberapa tahun lalu. Hal itu membuat mantan Ketua MK ini naik pitam dan menyebut pertanyaan Gibran tidak layak dijawab.
“Saya juga ingin mencari jawabannya, ngawur juga. Ngarang-ngarang tidak karuan, mengaitkan dengan sesuatu yang tidak ada. Kalau akademis itu, gampangnya kalau bertanya yang gitu-gitu recehan,” kata Mahfud MD.