Bisnis.com, JAKARTA — Penjualan sepeda motor secara domestik mengalami pertumbuhan sepanjang Januari-Oktober 2023. Meski demikian, ekspor tercatat mengalami penurunan.
Merujuk data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), Kamis (7/11/2023), penjualan secara domestik menyentuh 5,8 juta unit pada Januari-Oktober 2023, naik 22,61% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebanyak 4,73 juta unit.
Penjualan sepeda motor nasional didominasi oleh scooter atau motor matik sekitar 89,76% dari total penjualan. Kemudian segmen underbone atau motor bebek dan sport yang masing-masing berkontribusi sebesar 5,106% dan 5,18%.
Sayangnya, pertumbuhan penjualan sepeda motor domestik tidak diikuti dengan pertumbuhan pada sisi ekspor sepeda motor. Masih dari data AISI, ekspor sepeda motor pada 10 bulan pertama terdata sebanyak 481.247 unit.
Ketua Bidang Komersial AISI Sigit Kumala mengatakan penjualan sepeda motor masih menunjukkan kenaikan meski inflasi Indonesia pada November 2023 sebesar 0,38% secara bulanan, sehingga mencapai 2,86% secara tahunan.
Selain itu, pengkreditan untuk sepeda motor juga disebut masih stabil meski Bank Indonesia (BI) menetapkan suku bunga menjadi 6%. Data Otoritas Jasa Keuangan menunjukkan Non Perfoming Financing (NPF) nett tercatat sebesar 0,78%, sedangkan NPF gross mencapai 2,25% pada Oktober 2023.
Baca Juga
Kenaikan kredit imbas suku bunga pun disebut-sebut baru akan mengalami kenaikan pada 2024, sehingga dampaknya belum akan terasa sampai akhir 2023.
“Sepeda motor [kredit] masih oke ya. Dari masalah pendanaan tidak menimbulkan tren NPF yang tinggi. Masih oke kok dalam kadar normal,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (7/12/2023).
Jumlah unit sepeda motor yang diekspor tercatat mencapai 527.267 unit sepanjang Januari-Oktober 2023, turun 24,26% secara year-on-year (YoY) dari 643.828 unit.
Jenis sepeda motor yang paling banyak diekspor adalah jenis matik dengan kontribusi 52,50%. Kemudian disusul model sport 24,35% dan underbone sekitar 23,16%.
Menurut Sigit, adanya penurunan ekspor disebabkan oleh permintaan dari beberapa negara tujuan yang mengalami pelemahan daya beli. Sejauh ini negara-negara Asia Timur dan Eropa disebut mengurangi permintaan motor dari Indonesia.
Sementara itu, permintaan Asia Tenggara memang mengalami penurunan, tetapi tidak dalam jumlah yang besar. Memang negara luar Asia Tenggara yang cenderung menunjukkan penurunan daya beli.
“Negara tujuan ekspor daya belinya lemah, dan yang menunjukkan penurunan adalah Eropa dan Asia,” ujarnya.