Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tokyo Motor Show Berganti Rupa Japan Mobility Show, Ini Latar Belakangnya

Japan Mobility Show digelar secara perdana, meneruskan jejak Tokyo Motor Show. Namun gelaran ini, lebih menitikberatkan pameran mobilitas masa depan.
Puluhan ribu orang padati Tokyo Motor Show yang berlangsung pada beberapa tahun lalu sebelum pandemi/Bisnis.com-Rahayuningsih
Puluhan ribu orang padati Tokyo Motor Show yang berlangsung pada beberapa tahun lalu sebelum pandemi/Bisnis.com-Rahayuningsih

Bisnis.com, JAKARTA- Pameran otomotif dua tahunan Tokyo Motor Show kali terakhir diadakan pada 2019. Mulai tahun ini, gelaran tersebut berganti nama dan rupa menjadi Japan Mobility Show.

Dikutip dari Bloomberg, Senin (23/10/2023), perubahan konsep dan nama ini seiring dengan tekanan terhadap para produsen atau raksasa otomotif Jepang. Mereka dipaksa untuk memikirkan secara serius tidak saja visi netral karbon, melainkan cara mobilitas orang dan barang.

Perhelatan Japan Mobility Show pun didapuk sebagai penerus Tokyo Motor Show yang telah digelar sejak 1954. Pada perhelatan terakhir Tokyo Motor Show, berhasil menarik minat sekitar 1,3 juta pengunjung, sebelum hiatus selama pandemi.

Panitia penyelenggara menargetkan gelaran perdana Japan Mobility Show bisa menarik sekitar 1 juta orang pengunjung.

Bloomberg mencatat sejauh ini pabrikan otomotif asal Jepang seperti  Toyota Motor Corp., Honda Motor Co., Nissan Motor Co. dan pabrikan Jepang lainnya ingin mengibas kritik yang selama ini diarahkan kepada mereka.

Para pabrikan ingin menunjukkan bahwa mereka bersedia dan mampu memanfaatkan pengalaman puluhan tahun dalam membangun dan mendesain mobilitas terbaru. Lewat gelaran ini, para principal berupaya menghadirkan teknologi mobil untuk menavigasi peralihan global menuju elektrifikasi dan otomatisasi.

Kendaraan bertenaga baterai hanya menyumbang 1,5% dari penjualan mobil baru di Jepang pada 2022, dibandingkan dengan 6% di AS dan hampir 20% dan meningkat di Tiongkok, menurut BloombergNEF.

“Ada kekhawatiran yang kuat bahwa meningkatnya biaya energi dan tenaga kerja akan mempersulit produksi di Jepang, apalagi menjual mobil,” kata Masami Tanaka, Kepala Divisi Mobilitas Generasi Berikutnya dari Asosiasi Produsen Otomotif Jepang (JAMA).

Meskipun produsen mobil terkemuka di Jepang memelopori penggunaan teknologi hibrida, mereka juga menegaskan bahwa transisi kendaraan listrik global akan memakan waktu lebih lama dari yang diperkirakan dan berbeda-beda di setiap wilayah. Mereka menganjurkan penggunaan berbagai pendekatan untuk mengurangi emisi yang diserang oleh lembaga advokasi lingkungan.

Untuk pameran minggu ini, hampir 500 perusahaan telah mendaftar, tetapi hanya tiga produsen mobil asing yang akan hadir: pemimpin kendaraan listrik asal Tiongkok, BYD Co., serta Mercedes-Benz Group AG dan BMW AG dari Jerman.

Kurangnya penggunaan kendaraan listrik di Jepang juga menyebabkan tantangan bagi perusahaan non-Jepang untuk merebut pangsa pasar. Mercedes-Benz, BYD dan Hyundai Motor Co. sudah menjual mobil listrik sepenuhnya di Jepang, meski dalam jumlah terbatas.

Potensi pertumbuhan merek Tiongkok seperti BYD di negara ini terbatas, menurut analis otomotif senior Bloomberg Intelligence Tatsuo Yoshida.

“Mobility Show adalah peluang bagus untuk lebih memahami strategi bisnis mereka,” kata Yoshida. 

Merek mewah Toyota Lexus akan mengungkap jajaran mobil konsep baterai-listrik, yang berperan sebagai inti dari strategi elektrifikasi pembuat mobil yang diumumkan awal tahun ini. Toyota juga akan meluncurkan mobil konsep listrik yang dijadwalkan memasuki pasar pada tahun 2026, tahun dimana Chief Executive Officer Koji Sato mengatakan perusahaan akan meluncurkan 10 model listrik baru dan mulai menjual 1,5 juta kendaraan listrik baterai setiap tahunnya.

Honda akan memamerkan mobil konsep dan sepeda motor, keduanya terbuat dari resin akrilik daur ulang, serta sistem penggerak otonom yang dibantu oleh kecerdasan buatan. Nissan, Suzuki Motor Corp. dan Subaru Corp. juga akan meluncurkan konsep EV.

Sebagian besar pembuat mobil Jepang telah membuat komitmen untuk meningkatkan produksi kendaraan listrik dan mengurangi emisi, namun belum ada satupun yang memproduksi kendaraan listrik yang siap dipasarkan dan dapat bersaing dengan BYD atau Tesla Inc milik Elon Musk. Kendaraan listrik Jepang mungkin baru akan memasuki pasar secara massif pada 2025.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Kahfi
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper