Bisnis.com, JAKARTA - Anak usaha Grup Astra bidang layanan transportasi & logistik, PT Serasi Autoraya (SERA) optimistis kinerja bisnis jual-beli kendaraan bekas tumbuh sekitar 30 persen jelang pertengahan 2023, salah satunya berkat pulihnya permintaan unit mobil bekas pascalebaran.
Direktur SERA Hadi Winarto mengungkap bahwa target tersebut sejalan dengan permintaan mobil bekas untuk end-user melalui lini bisnis mobil88, maupun melalui lelang di Balai Lelang Serasi (IBID), yang tampak sama-sama bertumbuh sejak awal kuartal II/2023."Secara umum, kondisi permintaan mobil bekas sudah seperti lebaran sebelum era pandemi Covid-19. Permintaan untuk mobil88 dan IBID naik 25-30 persen secara tahunan, hampir tembus 3.000 unit. Kalau tahun lalu, tampak datar saja dengan 2021 karena nuansa pandemi masih ada, jadi masih lemes, hanya berkisar 2.000 unit," ujarnya ketika dihubungi Bisnis, Rabu (17/5/2023).
Hadi mengungkap bahwa lebaran merupakan momentum permintaan mobil bekas paling signifikan, serupa dengan momentum setiap jelang pergantian tahun. Alhasil, fenomena ini pun harapannya menjadi salah satu kontributor penting buat pertumbuhan pendapatan SERA sepanjang 2023.
Terlebih, SERA juga mendapat berkah dari fenomena kenaikan harga rata-rata unit mobil bekas di pasaran yang berkisar 9 persen sampai 11 persen, di mana mulai berlangsung sejak dua bulan sebelum hari-H lebaran."Mobil bekas yang menggerakkan pasar saat ini berada di harga sekitar Rp150 juta. Permintaannya tinggi, harganya pun naik. Jadi semua ini tentu positif untuk kinerja keuangan SERA. Dibandingkan 2022, harusnya sepanjang tahun ini akan jauh lebih baik, ya," tambah Hadi.
Sebagai gambaran, berdasarkan laporan keuangan SERA periode 2022, total pendapatan tercatat tumbuh 10,9 persen (year-on-year/yoy) menjadi Rp5,29 triliun dari sebelumnya Rp4,77 triliun pada tutup buku periode 2021.Porsi pendapatan dari bisnis mobil bekas pun tercatat mencapai Rp1,22 triliun, tumbuh 11 persen yoy ketimbang periode sama tahun sebelumnya senilai Rp1,09 triliun.
Di samping mobil bekas, kontributor pendapatan terbesar SERA ditopang bisnis bisnis penyewaan kendaraan senilai Rp2,15 triliun, naik 16 persen yoy. Sisanya, dengan porsi kecil, ada jasa pengurusan transportasi, penjualan kendaraan bekas sewa, dan jasa lain-lain.SERA pun tampak masih bisa menjaga beban pokok pendapatan beserta beban lain-lain tak jauh membengkak, sehingga laba tahun berjalan SERA tercatat naik menjadi Rp169,6 miliar pada 2022, dari sebelumnya Rp151,67 miliar pada 2021.
Baca Juga
Namun, apabila dibandingkan dengan kinerja SERA pada periode 2019 dengan total pendapatan Rp5,33 triliun dan laba bersih menembus Rp265,92 miliar, kontribusi dari bisnis kendaraan bekas terkini tampak belum pulih betul.
Pasalnya, pendapatan dari jual-beli mobil bekas kala itu mampu tembus Rp1,33 triliun. Berbeda dengan bisnis sewa kendaraan yang saat ini sudah melampaui kinerja prapandemi, karena pada 2019 hanya berada di level Rp1,78 triliun.
Menurut Hadi, pergeseran budaya dari offline ke online menjadi salah satu penyebab belum pulihnya kinerja pendapatan SERA dari bisnis mobil bekas.
"Untuk itu, kinerja bisnis mobil bekas tahun ini sedang coba kami dorong juga dengan platform jual-beli online, namanya mobbi. Harapannya, mobbi akan turut mendukung mobil88 dari sisi penjualan secara daring," jelas Hadi.
Selain itu, dari sisi IBID, sistem lelang online yang telah diterapkan selama pandemi pun sampai saat ini masih belum terlalu akrab di telinga para pelanggan. Oleh karenanya, SERA terus berupaya memperkuat layanan IBID yang berbasis daring, baik dari sisi peningkatan user experience, maupun menampilkan beragam inovasi lewat fitur-fitur baru.
"Lelang online IBID terus di-upgrade, salah satunya dengan sistem baru yang namanya Astra Car Valuation. Jadi tidak lagi bergantung pada pengecekan konvensional orang, pakai ketok-ketok bodi, cek-cek interior, dan lain-lain. Kami akan mulai pakai sistem, kemudian bisa langsung keluar grade mobil itu, disertai estimasi harganya," ungkapnya.