Bisnis.com, JAKARTA – Jelang puncak arus mudik Lebaran 2023, Isuzu menggelar diskusi bersama mengenai cara berkendara yang aman dan nyaman.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat akan melakukan perjalanan jarak jauh dalam periode mudik Lebaran, di antaranya kesiapan kendaraan, fisik dan mental, serta journey management yang baik, agar bisa selamat sampai tujuan dengan perjalanan yang ramah lingkungan.
Master Trainer Program Indonesia Ayo Aman Berlalu Lintas (IAABL) Astra Isuzu Totok Giyanto menuturkan sebelum melakukan perjalanan jarak jauh, kesiapan kendaraan tidak boleh luput dari perhatian.
“Kita harus dilakukan perawatan, sifatnya preventif, bukan untuk mengobati tapi untuk mencegah kerusakan,” kata Totok dalam diskusi Isuzu di kawasan Sudirman pada Senin (17/4/2023).
Totok menyebut ada beberapa hal yang perlu dilakukan dalam merawat kendaraan, baik yang menyangkut keselamatan, meliputi rem, ban yang menanggung beban kendaraan, lampu, juga kaki kaki.
“Jangankan mengenai rem, lampu saja juga penting, padahal harganya murah tapi risikonya kan kalau mati itu fatal,” tambah Totok.
Baca Juga
Lalu, dari sisi reliable atau keandalan kendaraan, termasuk mesin yang harus diperhatikan, salah satunya agar tidak terjadi mogok di tengah perjalanan mudik.
Terakhir, Totok menyebutkan bagian mobil yang menyediakan kenyamanan juga harus diperhatikan, seperti tempat duduk pengemudi.
“Setelah kita rawat, sebelum jalan harus kita cek dulu dari depan sampai belakang apa yang kurang, meskipun sudah di service dan perawatan berkala. Intinya bagaimana memastikan kelayakan kendaraan untuk dipakai jarak jauh,” jelas Totok.
Di samping itu, Totok menyebutkan salah satu penyebab kecelakaan yang sering ditemui adalah beban yang melebihi kapasitas. Menurutnya, pemudik dalam hal ini sudah harus cermat agar bisa sampai di tempat tujuan dengan selamat.
“Kecelakaan itu penyebabnya juga overload dan overdimensi, karena APM kan merancang kapasitas beban dan rem itu seimbang, kalau over beban maka kemampuan remnya akan berkurang,” kata Totok.
Dia juga menuturkan pengendara harus memberlakukan journey management ketika akan melakukan perjalanan jarak jauh, utamanya mudik lantaran umumnya diiringi dengan peningkatan mobilitas.
Journey management, menurut Totok, meliputi sikap dan kemampuan berkendara di jalan baik mengenai persiapan yang bersifat pribadi seperti keperluan uang, pakaian ataupun rute berkendara.
“Sebelum mudik dipersiapkan saya harus bawa baju berapa, uang berapa, mau lewat rute mana, pertimbangkan kondisi jalan, e-toll diisi, kapan berangkatnya, sudah lihat berita ini itu, sebelum berangkat harus sudah siap, sudah benar-benar diperhitungkan, service kendaraan harus dari jauh-jauh hari,” jelas Totok.
EFISIENSI
Totok juga menyarankan pengemudi untuk menerapkan prinsip economic driving selama berkendara saat mudik Lebaran lantaran berkaitan dengan kebiasaan berkendara dengan berkeselamatan.
Meskipun prinsip ini mulanya diterapkan untuk menghemat tetes demi tetes bahan bakar minyak yang digunakan selama perjalanan yang akan membantu berkendara agar ramah lingkungan. Namun economic driving juga bisa mengantarkan pengendara untuk selamat sampai tujuan.
“Dengan economic driving ini secara tidak sadar kita juga berperilaku berkeselamatan, ngegas pelan karena ingin irit, kecepatannya konstan jadi ya akhirnya hati-hati dan selamat, itu kuncinya,” tutur Totok.
Suharto, yang juga merupakan Master Program Trainer IAABL Astra Isuzu menuturkan, selain berkaitan dengan kecepatan konstan, prinsip economic driving juga bisa diterapkan dengan menjaga jarak iring dan mematikan AC sewaktu-waktu.
“Jaga jarak dengan yang depan atau jaga jarak iring, dan juga AC kadang di off kan, karena AC itu juga termasuk beban mesin,” tutur Suharto dalam diskusi Isuzu di kawasan Sudirman pada Senin (17/4/2023).
FISIK & Mental
Suharto menyebutkan jika kelalaian manusia kerap kali menjadi pemicu terjadinya kecelakaan. Menurutnya, kelalaian ini biasanya muncul akibat ketidakstabilan kondisi fisik dan mental pengendara.
“Sebanyak 2-3 orang dalam satu jam itu ada yang mengalami kecelakaan lalin dan meninggal, penyebab yang paling besar yaitu 61 persen dari human error,” kata Suharto.
Lebih lanjut Suharto menjelaskan jika fisik pengendara yang prima adalah kewajiban penting yang harus dipenuhi oleh pemudik. Bahkan, menurutnya, kesehatan mental juga harus diperhatikan.
Hal ini lantaran menurutnya jika pikiran dan fisik dalam keadaan lelah atau fatigue akan mendatangkan microsleep dan akan memicu terjadinya kecelakaan lalu lintas.
“Seorang pengemudi yang sering memaksakan berkendara saat sedang lelah, lalu terjadi microsleep terus menerus, nantinya akan terjadi narcolepsy atau tidur dengan mata terbuka saat mengemudi,” jelas Harto.