Bisnis.com, JAKARTA - Departemen Keuangan Amerika Serikat (AS) tengah menggodok aturan insentif pajak untuk pembelian mobil listrik sebesar US$7.500 atau sekitar Rp112,5 juta (kurs Rp15.000/US$) berdasarkan aturan Undang-Undang Pengurangan Inflasi (Inflation Reduction Act/IRA) yang disahkan Presiden Joe Biden pada Agustus lalu.
Untuk mendapatkan insentif pajak mobil listrik, undang-undang tersebut mensyaratkan mineral dan suku cadang baterai harus berasal dari Amerika Utara atau negara dengan perjanjian perdagangan bebas dengan AS. Rencananya, aturan tersebut akan mulai diimplementasikan pada Maret 2023.
"Departemen Keuangan akan mengeluarkan pemberitahuan pembuatan aturan yang diusulkan (NPRM) pada bulan Maret dengan panduan tentang persyaratan komponen mineral dan baterai," tulis siaran pers di laman resmi Departemen Keuangan AS, dikutip Rabu, (21/12/2022).
"Informasi tersebut akan membantu pabrikan bersiap untuk dapat mengidentifikasi kendaraan yang memenuhi syarat untuk kredit pajak ketika persyaratan baru mulai berlaku," imbuhnya.
Adapun, tujuan undang-undang IRA tersebut untuk mengurangi ketergantungan AS pada komponen baterai yang sekarang sebagian besar diproduksi di China, dan akan memindahkan rantai pasokan ke AS.
Melansir Associated Press, persyaratan terbaru UU tersebut yakni 50 persen suku cadang baterai harus dirakit di Amerika Utara, serta 40 persen mineral baterai harus berasal dari Amerika Utara atau negara dengan perjanjian bebas AS, dan persentase itu akan naik tiap tahunnya.
Baca Juga
Kendati demikian, para ahli mengatakan sebagian besar produsen mobil listrik di AS tidak dapat memenuhi persyaratan insentif pajak tersebut yang mengaruskan komponen baterai berasal dari Amerika Utara atau negara dengan perjanjian perdagangan bebas AS.
Misalnya, General Motors mengatakan bahwa mereka mengharapkan setidaknya mobil listriknya mendapatkan setengah dari kredit pajak, yakni US$3.750 hingga tahun 2025. Sehingga, para konsumen yang membeli mobil listrik awal tahun depan sebelum peraturan diumumkan bisa mengantongi tambahan kredit pajak US$3.750.
"Saya membayangkan akan ada terburu-buru pada dealer mobil listrik untuk mendapatkan penghematan ekstra," ujar Sam Abuelsamid, analis e-mobilitas utama Guidehouse Research.
Para produsen mobil AS juga telah mengkritik persyaratan perakitan dan sumber baterai sebagai hal yang rumit dan tidak realistis dalam jangka pendek, karena tidak ada model mobil listrik yang dijual di AS kemungkinan dapat langsung memenuhi syarat untuk mendapatkan kredit pajak penuh sebesar US$7.500.
Sebab, saat ini produsen baterai asal China, Contemporary Amperex Technology Co Ltd. (CATL) menjadi pemasok baterai untuk Ford dan Tesla. Selain itu, General Motors juga membangun kemitraan dengan produsen baterai asal Korea Selatan, LG Energy Solution Ltd.
Secara lebih luas, negara-negara lain termasuk Korea Selatan, Uni Eropa, dan beberapa negara lain juga kecewa, dengan alasan bahwa undang-undang baru tersebut akan mendiskualifikasi mobil listrik buatan mereka kecuali sampai mereka dapat membuka pabrik baru di Amerika, yang dapat memakan waktu bertahun-tahun.