Bisnis.com, JAKARTA - Produsen otomotif asal Jepang, Mazda Motor Corp, menggelontorkan investasi modal senilai 1,5 triliun yen atau setara US$10,6 miliar untuk pengembangan kendaraan listrik (electric vehicle/EV), termasuk membangun pabrik untuk memproduksi baterai kendaraan listrik.
Pejebat Eksekutif Mazda, Akira Koga, mengatakan pihaknya telah mencapai kesepakatan dengan pemasok baterai kendaraan listrik, Envision AESC untuk periode terbatas antara tahun 2025 hingga 2027.
"Lebih dari itu, kami ingin mengembangkan strategi pengadaan dan pengamanan [baterai kendaraan listrik] secara bertahap," kata Koga dikutip dari Japan Times pada Kamis, (24/11/2022).
Gelontoran belanja modal tersebut sekaligus membuat perusahaan menaikkan target penjualan kendaraan listrik dari yang sebelumnya 25 persen menjadi 40 persen dari total penjualan globalnya pada 2030.
"Kami akan mempromosikan peluncuran penuh EV baterai dan mempertimbangkan untuk berinvestasi dalam produksi baterai. Kami memperkirakan rasio EV Mazda dalam penjualan global akan naik ke kisaran antara 25 persen hingga 40 persen pada tahun 2030," ujarnya.
Rencana investasi Mazda dalam produksi baterai EV tersebut mengikuti jejak kompetitor domestik seperti Toyota dan Honda yang telah lebih dulu mengeluarkan dana investasi pengembangan EV.
Hal itu membuat sejumlah investor dan aktivis lingkungan menilai Mazda lamban dalam hal elektrifikasi otomotif karena tidak secepat pabrikan Jepang lainnya yang lebih dulu berinvestasi dalam EV, bahkan sudah mulai menjualnya secara global.
Meski demikian, CEO Mazda, Akira Marumoto, mengatakan perusahaan akan berupaya memperkenalkan model hybrid terbaru, serta meningkatkan efisiensi pada mobil dengan mesin pembakaran internal. Secara bertahap, Mazda juga akan memperkenalkan model BEV pada periode 2025-2027, kemudian berlanjut pada 2028-2030.
"Kami percaya bahwa pendekatan multi-solusi akan efektif," kata Akira Marumoto.
Sebagai informasi, Mazda menargetkan penjualan bersih sekitar 4,5 triliun yen untuk tahun bisnis yang berakhir Maret 2026, melonjak sekitar 45 persen dari tahun keuangan yang berakhir Maret 2022.