Bisnis.com, BADUNG — Indonesia Investment Authority (INA) menandatangani nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) bersama dengan Contemporary Amperex Technology Co., Limited (CATL), dan CMB International Capital Corporation Limited (CMBI) untuk menghimpun pendanaan hijau atau green fund yang berfokus pada pembangunan rantai nilai pasok kendaraan listrik di Indonesia.
Pada tahap awal kesepakatan, INA bersama mitra terkait bakal menghimpun pendanaan hijau sebanyak US$2 miliar atau setara dengan Rp31,02 triliun (kurs Rp15.513), untuk akselerasi pengembangan rantai pasok kendaraan listrik di dalam negeri.
Ketua Dewan Direktur INA Ridha Wirakusumah mengatakan kerja sama pembentukan green fund itu diambil setelah melihat potensi pasar kendaraan listrik yang tumbuh pesat di Indonesia. Berdasarkan catatan INA, potensi penjualan kendaraan listrik pada 2025 mendatang dapat menyentuh 2,5 juta unit.
“Pasar kendaraan listrik di Indonesia sangat besar dengan penjualan roda dua diperkirakan mencapai 2,1 juta sementara mobil listrik 400.000 unit pada 2025 mendatang,” kata Ridha saat penandatanganan 'MoU Green EV Fund Cooperation' di Nusa Dua, Bali, Senin (14/11/2022).
Selain itu, Ridha mengatakan tren investasi pada kendaraan listrik di Indonesia juga mengalami peningkatan signifikan beberapa waktu terakhir seiring dengan komitmen pemerintah untuk mengembangkan industri tersebut.
INA melaporkan rencana investasi pada kendaraan listrik di Indonesia menyentuh di angka US$71 miliar atau setara dengan Rp1.101 triliun hingga 2033 mendatang. Peralihan investasi itu, kata dia, didorong dengan rencana pemerintah untuk mewajibkan seluruh penjualan kendaraan erbasis listrik pada 2050.
Baca Juga
“Dengan kerja sama ini kami mencari kemitraan terbatas untuk berinvestasi pada pendanaan hijau kendaraan listrik, saat ini besaran pendanaan yang akan kami umumkan sekitar US$2 miliar yang akan diinvestasikan di Indonesia mayoritas,” kata dia.
Di sisi lain, isu environmental, social and corporate governance (ESG) masih menjadi kendala serius terkait dengan upaya pembentukan rantai industri baterai kendaraan listrik yang terintegrasi. Isu ini membayangi mulai dari sisi hulu tambang hingga industri hilir perakitan sel baterai di dalam negeri.
Hal itu disampaikan oleh Direktur Utama PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC) Toto Nugroho dalam dalam acara SOE International Conference di Bali, Selasa (18/10/2022).
Toto menuturkan, sejumlah perusahaan besar pada industri kendaraan dan baterai listrik dunia berkali-kali menggarisbawahi ihwal kejelasan aspek ESG pada rangkaian rantai nilai tambah industri baterai setrum domestik.
“Pemain besar seperti CATL, LG, Tesla, kita juga baru saja dikunjungi Northvolt dari Swedia pekan lalu mereka semua menekankan aspek penting ESG mulai dari penambangan dan kelistrikan,” kata Toto.
Dengan demikian, Toto menegaskan, pembangkit listrik untuk menyetrum baterai kendaraan listrik domestik saat ini sudah mesti dipenuhi dari energi baru dan terbarukan (EBT). Lantaran, kata dia, sumber energi itu turut menjadi perhitungan serius dari sejumlah investor kelas kakap industri kendaraan listrik dunia saat ini.
“Hal ini yang mesti kita selesaikan, energi baru dan terbarukan mesti ada di sana dalam rangkaian produksi baterai kendaraan listrik,” tuturnya.