Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah tengah menggenjot penggunaan mobil listrik demi mengurangi emisi karbon. Akan tetapi, penjualan mobil ramah lingkungan pada Juni malah turun dibandingkan bulan sebelumnya.
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil listrik bulan lalu sebanyak 128 unit. Realisasi tersebut turun 36 persen dari Mei yang laku 200 unit.
Meski turun dibandingkan bulan sebelumnya, penjualan Juni tahun ini jauh lebih baik dari Juni 2021 yang terserap 69 unit.
Begitu pula jika dilihat secara per semester yang naik tipis. Pada paruh pertama tahun ini, total penjualan wholesale 491 unit. Realisasi tersebut tumbuh 0,61 persen dari periode yang sama tahun lalu sebesar 488 unit.
Penjualan kendaraan listrik masih dikuasai oleh Hyundai. Untuk seluruh model, perusahaan asal Korea Selatan tersebut laku 121 unit.
Sementara itu, kontribusi mobil listrik terhadap seluruh penjualan mobil nasional baik pada Juni maupun per semester masih di bawah 1 persen.
Baca Juga
Secara total, penjualan mobil secara wholesales pada Juni sebanyak 79.168 unit. Realisasi tersebut naik 60,08 persen dari bulan sebelumnya sebesar 49.453 unit.
Meski tumbuh cukup signifikan, realisasi tersebut tidak seperti bulan-bulan sebelumnya sepanjang 2022 yang terserap di atas 80.000 kendaraan.
Pada 4 bulan pertama tahun ini, secara berturut-turut penjualan wholesales yaitu 84.061, 81.224, 98.536, dan 82.879 unit.
Jika ditotal, penjualan mobil pada semester I/2022 sebanyak 475.321 unit. Realisasinya tumbuh 20,80 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yaitu 393.466 unit.
Sekretaris Umum Gaikindo Kukuh Kumara mengatakan bahwa sebenarnya realisasi penjualan bulan lalu sudah menunjukkan pemulihan permintaan.
"Cuma ada beberapa hal yang berpengaruh. Salah satunya yang belum selesai dan bukan hanya masalah Indonesia tapi juga dunia adalah kelangkaan semikonduktor," katanya saat dihubungi bisnis,com pekan lalu.
Kukuh menjelaskan bahwa masalah tersebut sejatinya sangat mengganggu roda produksi. Beberapa tipe mobil yang diminati masyarakat harus terbatas pembuatannya karena tidak ada semikonduktor.
"Itu masalah global, bukan masalah Indonesia saja. Tapi itu berpengaruh pada total penjualan. Saya mau beli satu tipe tapi jadi tidak ada karena kendala mikrocip," jelasnya.
Sebenarnya masih ada faktor lain, seperti inflasi, menurunnya nilai tukar rupiah, hingga perang Rusia. Akan tetapi menurut Kukuh hal itu dampaknya tak langsung. Tidak seperti kelangkaan semikonduktor yang langsung menghambat produksi.