Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pekerja Truk Korsel Mogok Serbu Pabrik Hyundai dan Hambat Pasokan Cip Semikonduktor

Pemogokan yang memprotes kenaikan biaya bahan bakar mengurangi separuh produksi di kompleks pabrik terbesar Hyundai Motor pada Kamis.
Ilustrasi chip/ Bloomberg
Ilustrasi chip/ Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Mogok kerja yang dilakukan pengemudi truk Korea Selatan semakin luas dan agresif. Mereka bahkan mengancam akan sangat membatasi pengiriman bahan baku untuk semikonduktor dan produk petrokimia.

Memasuki hari keempat, pemogokan yang memprotes kenaikan biaya bahan bakar mengurangi separuh produksi di kompleks pabrik terbesar Hyundai Motor pada Kamis. Hal tersebut mengganggu pengiriman untuk berbagai perusahaan termasuk raksasa pembuat baja Posco.

Dikutip dari cnbc.com, seorang pejabat pemerintah menyebut lalu lintas peti kemas di pelabuhan juga melambat tajam.

Di pelabuhan Busan yang menyumbang 80 persen dari aktivitas peti kemas negara itu, lalu lintas turun hingga sepertiga dari tingkat normal pada hari Jumat.

Sedangkan di pelabuhan Incheon, arus turun ke 20 persen dari tingkat normal. Di pelabuhan Ulsan, pusat industri tempat banyak aksi mogok terjadi, lalu lintas peti kemas dihentikan total sejak Selasa.

Sekitar 7.500 anggota atau sekitar 35 persen dari serikat Solidaritas Pengemudi Truk Kargo diperkirakan akan mogok kemarin Jumat (10/6/2022) waktu setempat.

Korea Selatan adalah pemasok utama semikonduktor, telepon pintar, mobil, baterai, serta barang elektronik. Peristiwa tersebut semakin meningkatkan ketidakpastian atas rantai pasokan global yang telah terganggu oleh pembatasan ketat Covid-19 dan invasi Rusia ke Ukraina. 

Presiden baru Yoon Suk-yeol telah mengambil apa yang disebutnya sikap netral. Yoon mengatakan bahwa pemerintah tidak boleh terlalu terlibat.

Hal itu membuat beberapa pengamat khawatir. Pernyataan Yoon dapat menghambat kemampuan pemerintah untuk memberikan solusi.

“Pemerintah perlu meninjau kembali tuntutan serikat pekerja.  Mereka tidak perlu menerima semuanya, tetapi saya pikir mereka dapat membuat situasi menjadi lebih mudah jika mereka dapat mempertimbangkan untuk memberikan subsidi sehingga pengemudi truk dapat mengatasi kenaikan harga bahan bakar,” kata Shin Se-don, seorang profesor ekonomi Sookmyung Women's  Universitas dikutip dari cnbc.com.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper