Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Swasembada Skutik Dijegal Derasnya Impor Sepeda Motor Listrik

Sepanjang tahun lalu, importasi sepeda motor jenis skuter inipun merangkak menjadi empat besar. Total nilai impor itu mencapai US$326,5 juta, tren itu berlanjut hingga dua bulan pertama tahun ini.
GrabBike Electric. Pada tahap awal Grab meluncurkan armada 50 sepeda motor listrik di DKI Jakarta. /Grab
GrabBike Electric. Pada tahap awal Grab meluncurkan armada 50 sepeda motor listrik di DKI Jakarta. /Grab

Bisnis.com, JAKARTA- Proyek elektrifikasi kendaraan bermotor roda dua perlahan menggoyang neraca perdagangan otomotif. Sepanjang tahun lalu dan dua bulan pertama tahun ini, importasi skuter merangkak naik masuk dalam lima besar.

Selama ini, Indonesia dikenal sebagai surga bagi produsen skuter. Dari keseluruhan pabrik motor di dalam negeri, hingga 80 persen kapasitasnya diperuntukkan untuk memproduksi model skuter.

Keberadaan model skuter sebagai basis produksi juga berkontribusi terhadap kegiatan ekspor. Indonesia secara besar-besaran mengapalkan produk tersebut ke berbagai negara, terutama regional Asean.

Berdasarkan data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indoensia (AISI), pada tahun lalu total produksi sepeda motor di Indonesia mencapai 5,8 juta unit. Dari jumlah itu, segmen skuter menguasai pangsa paling besar yakni 87,58 persen. Sisanya, merupakan sepeda motor jenis bebek dan sport.

Hal yang sama juga terjadi pada pangsa ekspor. Dari total ekspor sebanyak 803.000 unit, 70 persen dikuasai produk jenis skuter. Sisanya terbagi antara motor bebek dan sport.

Begitupun dalam dua bulan pertama tahun ini. Total pasar domestik mencapai 811.991 unit dan ekspor sebesar 110.578 unit, mayoritas dari keduanya merupakan produk skuter.

Munculnya importasi skuter yang signifikan pun memunculkan kejanggalan. “Kalau dari kami, untuk skuter tidak lagi impor, karena mayoritas produksi model tersebut. Kandungan lokal pun hampir 100 persen,” kata Ketua Bidang Komersial AISI Sigit Kumala kepada Bisnis beberapa waktu lalu.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik terkait ekspor-impor kendaraan bermotor dan bagiannya (HS 87), tercatat kontributor ekspor terbesar adalah kendaraan bermotor roda empat dengan kapasitas mesin 1.000 s.d 1.500cc. Total ekspor jenis produk itu dalam dua bulan pertama tahun ini mencapai US$243,5 juta.

Lantas kontributor kedua masih berasal dari ekspor kendaraan bermotor roda empat CBU dengan ukuran mesin di atas 1.500 s.d 1.800cc. Total nilai ekspornya mencapai US$149,4 juta. Sedangkan sepeda motor, mayoritas adalah skuter matik menyumbang nilai ekspor sebesar US$134,2 juta.

Sebaliknya, dari sisi impor, produk yang banyak dikirim dari luar negeri berupa kendaraan bermotor roda empat atau lebih segmen komersial. Produk jenis ini mencatatkan nilai impor tertinggi di antara produk lainnya, mencapai US$147,6 juta.

Sedangkan kontributor kedua dan ketiga, masing-masing berasal dari impor sasis dan bagiannya serta sepeda motor termasuk skuter. Untuk dua jenis produk tersebut, nilai impor masing-masing mencapai US$72,3 juta dan US$59 juta.

Sepanjang tahun lalu, importasi sepeda motor jenis skuter inipun merangkak menjadi empat besar. Total nilai impor itu mencapai US$326,5 juta.

Karena itu, satu-satunya kemungkinan terkait besarnya aliran importasi skuter berasal dari proyek pengadaan dan elektrifikasi kendaraan bermotor roda dua. Berbagai pabrikan di luar keanggotaan AISI, kini mulai bermunculan dan menyatakan fokus menggarap industri kendaraan bermotor listrik, terutama menjawab kebutuhan pemerintah.

Saat ini, pemerintah tengah berpacu mengkonversi kendaraan operasional instansi dari teknologi konvensional menjadi kendaraan listrik. Sayangnya, kebanyakan model skuter listrik masih merupakan produk rakitan, dengan kandungan lokal di bawah 50 persen.

Berdasarkan informasi e-katalog, telah terdapat beberapa prinsipal yang menggarap sepeda motor listrik. Pertama adalah Gesits yang dibesut PT WIKA Industri Manufaktur (Wima), untuk Gesits G1 A/T telah memiliki TKDN 46,73 persen, tertinggi di antara yang lainnya.

“Tapi 80 persen pemasok merupakan perusahaan lokal,” kata Abdullah Alwi, GM Sales & Marketing Wima.

Gesits sendiri telah berembug mendirikan ekosistem sepeda motor listrik bersama Gojek yang memboyong Gogoro, Pertamina, dan PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA) yang dimiliki juga Menko Marves Luhut B Panjaitan.

Sementara Gojek telah memboyong afiliasi globalnya Gogoro yang merupakan produsen motor listrik sekaligus listrik pintar. Gogoro memfasilitasi konsumen dengan keberadaan infrastruktur penggatian baterai.

Dalam banderol e-katalog, harga unit Geists mencapai Rp28,7 juta. Sejauh ini, Gesits telah diproduksi sebanyak 4.000 unit.

Produk sepeda motor listrik lainnya adalah United E-Motor Model T1800. PT Terangdunia Internusa bertindak sebagai prinsipal produk dengan TKDN 26,73 persen, dengan banderol Rp25,5 juta.

Berdasarkan keterangan Manager E-Motor Division PT Terang Dunia (United Bike) Awan Setiawan, produk tersebut telah digunakan perusahaan pelat merah PLN. "Jadi digunakan sebagai operasional, misal untuk petugas yang mengatasi permasalahan pelanggan, mereka gunakan motor kami. Sedangkan swasta sudah ada beberapa service company yang menggunakan kami, " ujarnya.

Merk lain yaitu Viar New Q1. Motor listrik yang digawangi PT Triangle Motorindo itu diimpor secara CKD dari Taiwan. Sejauh ini, motor listrik Viar banyak digunakan Grab. TKDN motor dengan harga Rp19 juta tersebut belum diketahui secara pasti.

Sedangkan motor listrik termahal yakni TVS iQube. Motor listrik yang telah masuk katalog tersebut berbanderol Rp55,1 juta.

IMPOR CHINA

Swasembada Skutik Dijegal Derasnya Impor Sepeda Motor Listrik

Daftar sepeda motor listrik dalam e-katalog/Kahfi

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai masuknya importasi besar-besaran sepeda motor listrik inipun sepaket dengan nilai kenaikan importasi dari China. “Tarulah kalau untuk pengembangan mobil [listrik] kita masih butuh waktu, tetapi kalau sepeda motor seharusnya bisa tanpa impor,” ungkapnya kepada Bisnis beberapa waktu lalu.

Dari data BPS, total nilai impor asal China untuk HS 87 mencapai US$328 juta selama dua bulan pertama tahun ini. Sebaliknya, dari sisi ekspor produk yang sama, Indonesia tidak mencatatkan apapun.

China membuntuti importasi dari Jepang. “Negeri Sakura” mencatatkan nilai impor sebesar US$398,1 juta, sebaliknya ekspor Indonesia ke Jepang untuk produk otomotif mencapai US$115,2 juta.

 

“Kenaikan yang cukup konsisten dari impor kendaraan bermotor asal China, menjadi salah satu kekhawatiran. Seharusnya sejalan dengan pemerintah yang mengalokasikan kawasan khusus untuk baterai dan motor listrik, masak impor sangat longgar ini akan jadi disinsentif,” simpul Bhima.

Alasan pemerintah memperbesar produk impor berteknologi listrik pun selayaknya ditinjau ulang jika pengembangan di dalam negeri tidak berjalan. “Jangan sampai ini hanya konsesi saja buat importir,” tutup Bhima.

 

 

 

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Kahfi
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler