Bisnis.com, JAKARTA - Pasar otomotif sebagai salah satu penggerak industri nasional terus mengalami penurunan karena lemahnya daya beli masyarakat serta meluasnya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) akibat virus corona.
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yang diterima Bisnis, penjualan ritel kendaraan roda empat pada Mei mencapai 17.083 unit, anjlok 96,06% dibandingkan Mei tahun lalu yang membukukan 93.881 unit.
Sementara itu, penjualan pabrik ke dealer pada periode tersebut hanya menyentuh angka 3.551 unit, terperosok 95,77% secara tahunan. Penutupan sejumlah pabrik pada masa PSBB menjadi alasan kuat rendahnya kinerja penjualan pabrikan.
Meski mengalami tekanan cukup kuat pada bulan April dan Mei, para agen pemegang merek optimistis bahwa kondisi pasar akan membaik pada Juni. Strategi penjualan mulai dipersiapkan perusahaan menjaga denyut penjualan.
Marketing Director PT Toyota Astra Motor (TAM) Anton Jimmy Suwandi mengatakan pihaknya akan meningkatkan aktivitas pemasaran, baik secara daring maupun luring pada masa transisi PSBB.
Dia menyebutkan angka prospek penjualan kendaraan secara daring terus mengalami peningkatan. "Dulu biasanya di bawah 10%, sekarang sudah naik ke level 15%-20%. Ke depannya kemungkinan bisa naik lagi," ungkapnya.
Baca Juga
Capaian penjualan ritel Toyota pada Mei 2020 diketahui hanya mencatatkan 6.727 unit. Jumlah itu turun 78,8% dibandingkan Mei 2019, yang membukukan 31.871 unit.
Sementara itu, masa transisi PSBB diyakini dapat menciptakan ceruk pasar yang berpotensi meningkatkan kinerja penjualan perusahaan pada masa pandemi virus corona.
Harold Donnel, Head of 4W Brand Development dan Marketing Research PT Suzuki Indomobil Sales (SIS), memperkirakan bakal ada calon konsumen yang membutuhkan kendaraan pribadi guna membatasi jarak fisik dengan orang lain.
"Suzuki akan mengisi ceruk itu dengan kendaraan yang sesuai dengan bujet konsumen. Tentunya, kendaraan yang terjangkau bagi konsumen pasca-pandemi, sekaligus memenuhi ekspektasi konsumen yang mementingkan kesehatan," tuturnya baru-baru ini.
Peningkatan pembelian mobil pasca-pandemi virus corona sejalan dengan survei yang dilakukan Institute for Business Value (IBM). Survei terhadap 14.000 orang tersebut mengungkapkan 17% responden berniat mengendarai kendaraan pribadi lebih sering di tengah wabah.
Sebanyak 20% orang yang sebelum pandemi rajin menggunakan angkutan umum, seperti kereta bawah tanah atau kereta api, mengatakan tidak akan lagi melakukannya. Sementara itu, 28% lainnya mengaku akan lebih jarang menggunakan transportasi umum.