Bisnis.com, JAKARTA – Para pekerja produsen mobil Renault SA yang beroperasi di Pabrik Maubeuge, Prancis Utara, mulai melakukan pemogokan dan protes atas program pemotongan upah.
Chairman Renault SA Jean-Dominique Senard berusaha meredakan krisis itu dengan mengatakan bahwa perusahaan tidak akan menutup pabrik tersebut.
“Saya tidak punya niat, apriori, untuk menutup pabrik Maubeuge. Aku bisa meyakinkanmu, aku tidak pernah mengatakan itu dan aku bahkan tidak berpikir begitu,” ujarnya dalam wawancara di Le Grand Jury RTL-Le Figaro-LCI seperti dilansir dari Bloomberg, Minggu (31/5/2020),
Pabrikan otomotif asal Prancis, yang siap mendapatkan pinjaman negara sebanyak 5 miliar euro atau setara US$5,6 miliar tersebut, sedang berada di bawah tekanan pemerintah untuk berhati-hati dalam melaksanakan perampingan.
Dalam wawancara terpisah, Menteri Keuangan Prancis Bruno Le Maire memastikan bahwa Parbrik Maubeuge tidak akan hilang atau ditutup.
Renault yang meluncurkan rencana menyeluruh perusahaan pada 29 Mei 2020, menyebutkan bakal memutus sekitar 14.600 pekerjaan di seluruh dan menurunkan seperlima kapasitas produksi guna mengurangi biaya dalam menghadapi kemerosotan industri otomotif global.
Baca Juga
Rencana tersebut termasuk pemangkasan 4.600 posisi di Prancis, atau sekitar 10 persen dari total pekerja di negara asal merek tersebut. Pemangkasan yang dilakukan melalui pemberian uang pensiun secara sukarela itu memicu kemarahan serikat buruh.
Pembicaraan masa depan Renault akan dibahas serikat pekerja dengan pejabat lokal pada Selasa, 2 Juni 2020. Kendati berjanji tidak akan mengurangi karyawan, Senard menyatakan Renault dalam kondisi rapuh dan overcapacity masih menjadi masalah signifikan bagi pabrikan asal Prancis tersebut.