Bisnis.com, JAKARTA - Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (Gaikindo) menyatakan menguatnya nilai mata uang dollar Amerika Serikat terhadap rupiah tak serta merta membuat eksportir otomotif tersenyum.
Pasalnya, saat ini industri otomotif tengah menghadapi dampak dari pandemi virus corona (Covid-19). Akibat pandemi ini, banyak negara tujuan ekspor juga tengah menghadapi wabah yang sama dan mengurangi permintaan impor.
"Yang ekspor akan diuntungkan tapi ekspornya terpengaruh karena semua negara kena covid-19 jadi turun juga. Ekspornya juga terpengaruh karena adanya Covid-19. Negara yang impor (dari Indonesia) juga kesulitan, jadi ekspornya terganggu," kata Yohannes kepada Bisnis, Senin (23/03/2020).
Di sisi lain, PT Honda Prospect Motor (HPM) mengatakan penguatan dollar AS membuat ekspor komponen menjadi lebih kompetitif. Hal ini bisa menambah pendapatan ekspor.
"Dengan penguatan dollar AS ini, impact terhadap ekspor lokal komponen kami menjadi lebih competitive. Dan bisa menambah pendapatan dari ekpor ini," kata Business Innovation and Marketing & Sales Director PT Honda Prospect Motor (HPM) Yusak Billy kepada Bisnis, Senin (23/03/2020).
Sementara itu, PT Toyota Astra Motor (TAM) menyebut pihaknya terus memantau pelemahan nilai tukar rupiah. Sejumlah langkah pun disiapkan untuk menyikapi pelemahan nilai tukar rupiah yang hampir menyentuh Rp17.000 ini.
Baca Juga
"Pelemahan nilai tukar, kami monitor dan kalau terjadi dalam waktu lama, mau tidak mau ada perhitungan ulang untuk harga ke depannya," kata Direktur Marketing TAM Anton Jimmy Suwandi kepada Bisnis, Senin (23/3/2020).
Dia menyatakan sampai saat ini TAM masih belum memutuskan apakah akan menaikan harga mobilnya di pasar dalam negeri. Dia mengatakan pihaknya masih melihat tren dari pelemahan nilai tukar ini.