Bisnis.com, JAKARTA – Melempemnya investasi di industri otomotif dalam 3 tahun terakhir diyakini disebabkan oleh pertumbuhan penjualan yang kurang memuaskan. Pertumbuhan ekonomi dan penjualan mobil perlu digenjot untuk datangkan investasi baru.
Direktur Administrasi, Korporasi, dan Hubungan Eksternal PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam menyatakan bahwa sejauh ini produksi industri otomotif baru mencapai sekitar separuh dari kapasitas produksi yang ada.
Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan penjualan mobil yang selama beberapa tahun ke belakang stagnan di kisaran 1,1 juta unit per tahun. Rendahnya kemampuan pasar menyerap hasil produksi menyebabkan investasi baru urung masuk ke industri otomotif.
“Kapasitas kita sebenarnya sudah cukup besar untuk produksi di atas 2 juta unit per tahun, padahal market sekarang stagnan di kisaran 1,1 juta unit per tahun,” katanya kepada Bisnis, Selasa (22/10/2019).
Dia menambahkan kondisi ekonomi di daerah juga tidak cukup membantu mendorong penjualan. Ekonomi daerah yang sangat bergantung pada komoditas turut mengalami perlambatan seiring dengan melemahnya harga komoditas di pasar global.
Pada 2015, realisasi penanaman modal asing (PMA) dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) tercatat masing-masing sebesar US$1,41 miliar dan Rp939,32 miliar. Realisasi itu mengalami peningkatan sebesar 14,58% dan 17,48% pada 2016, menjadi US$1,61 miliar dan Rp1,1 triliun.
Memasuki 2017, realisasi investasi asing maupun dalam negeri mulai menurun. Masing-masing PMA dan PMDN turun 48,04% dan 22,48%. Tren ini berlanjut pada 2018, penurunan untuk PMA dan PMDN mencapai 8,26% dan 62,28%.
Adapun sepanjang Januari—September tahun ini, realisasi investasi ke industri otomotif baru mencapai US$365,71 untuk PMA dan Rp92,98 miliar untuk PMDN. Dibandingkan total investasi setahun penuh pada 2018, perlu kerja keras untuk mencapai nilai investasi yang sama.
Bob menjelaskan pertumbuhan investasi pada 2016 didorong oleh sejumlah hal. Salah satunya adalah tingkat penjualan yang sepanjang 2009—2013 terus menembus angka 1 juta unit pertahun. Sentimen positif semakin mencuat setelah selesainya pemilihan umum 2014.
“Waktu itu prediksinya 2020 penjualan mobil bisa menembus 1,5 juta unit. Tapi itu dulu, sekarang kita sudah tahu semua bahwa target ini meleset, kita sekarang under capacity,” tuturnya.
Saat ini, dia mengatakan belum dapat menilai apakah terpilihnya kembali Joko Widodo sebagai Presiden Republik Indonesia dapat memberikan sentimen positif terhadap industri otomotif. Menurutnya, hal itu masih akan bergantung pada pilihan menteri dalam kabinet pemerintahan baru.
Kendati demikian, dia mengutarakan bahwa untuk mendatangkan investasi baru di industri otomotif pelaku usaha dan pemerintah perlu bekerja sama untuk menggenjot penjualan. Selain itu, pertumbuhan ekonomi secara umum perlu ditingkatkan.
“Kalau masuk penjualan mencapai 80% [dari kapasitas produksi] dan ekonomi tumbuh di atas 5,5% [investasi baru akan datang],” katanya.