Bisnis.com, JAKARTA – Produsen otomotif asal Jerman, Daimler AG, pada Rabu (6/6/2018) memperkenalkan truk besar bertenaga listrik untuk bersaing dengan produsen kendaraan listrik lain seperti Tesla Inc.
Dilansir Bloomberg, Truk bernama Freightliner eCascadia tersebut merupakan kendaraan roda 18 dengan jarak tempuh maksimum 400 kilometer. Truk yang rencananya diproduksi masal pada 2021 ditujukan untuk distribusi regional dan layanan pelabuhan.
Di hari yang sama, produsen mobil Mercedes ini juga meluncurkan truk kelas menengah, Freightliner eM2 106, dengan jarak tempuh maksimum hingga 370 km, yang dirancang untuk distribusi lokal, seperti pengiriman minuman.
Daimler mengatakan akanmulai mengirimkan total 30 prototipe kedua model truk tersebut pada untuk pelanggan akhir tahun ini untuk pengujian lapangan dan diperkirakan akan masuk fase produksi pada thaun 2021.
Dengan kapitalisasi pasar sebesar US$66,4 miliar, Daimler yang juga menjadi produsen truk terbesar di dunia ini memiliki 40 persen pangsa pasar truk kelas berat di Amerika Utara senilai 39 miliar dolar AS.
Namun, perusahaan ini juga tengah berupaya mengembalikan pangsa pasarnya yang tergerus di tengah meningkatnya persaingan pengembangan truk bertenaga listrik.
Semenatara itu, pesaingnya yang bermarkas di Illinois, Navistar International Corp, dan mitranya Volkswagen AG, yang menghabiskan US$ 1,7 miliar untuk pengembangan kendaraan listrik, kendaraan otonom dan sistem berbasis cloud pada 2022, juga berencana meluncurkan truk kelas menengah mereka sendiri di Amerika Utara pada akhir 2019 mendatang.
Pada akhir tahun 2017 lalu, Tesla juga meluncurkan semi-truk dengan jarak tempuh maksimum 804 km dan rencananya akan mulai diproduksi pada tahun 2020.
Pengembangan truk bertenaga listrik sangat diantisipasi oleh konsumen di tengah upaya sejumlah negara untuk mengurangi polusi dari truk. Selain itu, konsumen juga melihat keuntungan kendaraan listrik dari sisi biaya bahan bakar dan perawatan yang lebih rendah.
Namun, perpindahan teknologi armada truk masih jauh dari terwujut, mengingat masih adanya tantangan dari sisi biaya, infrastruktur pengisian daya, jangkauan, dan pengembangan baterai kendaraan listrik.