Bisnis.com, JAKARTA—Penjualan ke diler atau wholesales kendaraan total Toyota selama tiga bulan pertama tahun ini lebih rendah 21,17% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Perusahaan melakukan penyesuaian terhadap wholesales Avanza.
PT Toyota-Astra Motor mencatat, wholesales kendaraan Toyota pada Maret 2018 mencapai 31.424 unit. pencapaian tersebut membuat penjualan kendaraan Toyota pada tiga bulan pertama tahun ini mencapai 84.494 unit.
Total penjualan pada Januari-Maret 2018 tersebut lebih rendah 22.686 unit jika dibandingkan dengan tiga bulan pertama tahun lalu, yakni 107.180 unit.
Executive General Manager TAM Fransiscus Soerjopranoto, mengungkapkan penurunan wholesales kendaraan Toyota pada tiga bulan pertama tidak terlepas dari penurunan penjualan kendaraan serbaguna Avanza.
Tercatat, wholesales Avanza pada tiga bulan pertama tahun ini lebih rendah 40,14% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Pada Januari-Maret 2018, penjualan ke diler Avanza 21.413 unit, sementara pada Januari-Maret 2017 mencapai 35.713 unit.
Penjualan ke diler Avanza pada bulan lalu mencapai 7.097 unit atau lebih rendah 45,92% dibandingkan dengan Maret 2017, yakni 13.124 unit.
Baca Juga
“Produksi Avanza turun lebih ke arah penyesuaian demand-supply, salah satunya penambahan produksi model lain seperti Rush atau stabilitas stock/inventory di dealer,” kata Soerjo kepada Bisnis pada Selasa (17/4/2018).
Dia menjelaskan, saat ini pelanggan semakin memiliki banyak pilihan produk kendaraan-kendaraan serbaguna seperti Xpander, Wuling Confero, dan sebagainya. Kondisi tersebut, lanjutnya membuat penjualan kendaraan serbaguna Avanza menjadi tidak semudah seperti sebelumnya.
Perusahaan, tuturnya, akan mempertahankan nilai jual kembali Avanza sebagai salah satu strategi agar penjualannya bisa lebih besar lagi dibandingkan dengan tahun lalu.
Sejauh ini, wholesales Avanza masih dapat bertahan pada kisaran 6.000—7.000 unit dalam satu bulan, dan diharapkan dapat terus berkelanjutan. “Mempertahankan resale value dan aftesales [part],” katanya.
Dia menambahkan, pihaknya mempertahankan nilai jual kembali lantaran masyarakat melihatnya seperti instrumen investasi lantaran memiliki harga jual kembali yang tinggi meskipun kendaraan mobil tidak pernah menjadi instrumen investasi.