Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kebijakan Trump Berubah Lagi, Kini Mau Tangguhkan Tarif Impor Otomotif

Presiden AS Donald Trump memberikan sinyal kemungkinan penangguhan sementara terhadap tarif impor otomotif yang sebelumnya diberlakukan sebesar 25%
Presiden AS Donald Trump menggelar konferensi pers di Rose Garden, White House pada Rabu (2/4/2025) terkait pemberlakuan tarif impor pada mitra dagang AS di seluruh dunia, serangan terbesarnya terhadap sistem ekonomi global yang telah lama dianggapnya tidak adil. Fotografer: Jim Lo Scalo / EPA / Bloomberg
Presiden AS Donald Trump menggelar konferensi pers di Rose Garden, White House pada Rabu (2/4/2025) terkait pemberlakuan tarif impor pada mitra dagang AS di seluruh dunia, serangan terbesarnya terhadap sistem ekonomi global yang telah lama dianggapnya tidak adil. Fotografer: Jim Lo Scalo / EPA / Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memberikan sinyal kemungkinan penangguhan sementara terhadap tarif impor otomotif yang sebelumnya diberlakukan sebesar 25%. Hal itu seiring dengan kebutuhan pelaku industri untuk menyesuaikan rantai pasok global.

Langkah ini disebut-sebut sebagai respons atas tekanan yang dihadapi para produsen otomotif domestik, khususnya dalam upaya relokasi produksi dari negara-negara seperti Kanada dan Meksiko.

“Saya tengah mencari cara membantu beberapa produsen mobil. Mereka membutuhkan waktu untuk beradaptasi karena mereka ingin memproduksi di AS,” ujar Trump mengutip Associated Press (AP) pada Selasa (15/4/2025).

Pernyataan tersebut mengindikasikan adanya celah bagi penyesuaian kebijakan tarif impor yang sebelumnya dipatok hingga 25%. Padahal, Trump sebelumnya menyebut kebijakan itu bersifat permanen. 

Namun, dalam beberapa kesempatan terakhir, pendekatannya terhadap perdagangan mulai menunjukkan adanya fleksibilitas.

American Automotive Policy Council (AAPC) yang merepresentasikan Ford, General Motors dan Stellantis menyambut positif sinyal pelonggaran tarif tersebut. 

Presiden AAPC, Matt Blunt menyatakan bahwa tarif luas terhadap komponen otomotif dapat berpotensi menghambat tujuan bersama untuk memperkuat basis produksi otomotif domestik.

“Kami menyadari bahwa sebagian besar relokasi rantai pasok membutuhkan waktu. Oleh karena itu, kelonggaran tarif ini bisa menjadi jeda strategis untuk menjaga momentum pertumbuhan sektor otomotif nasional,” tutur Blunt.

Sebelumnya, pemerintahan Trump sempat menaikkan tarif impor barang dari China hingga 145%, meskipun kemudian menghapus sebagian beban tarif untuk produk elektronik dengan menetapkan tarif sementara sebesar 20%.

Kendati demikian, ketidakpastian kebijakan Trump menjadi sorotan. Kepala Ekonom Northern Trust, Carl Tannenbaum memperingatkan bahwa fluktuasi kebijakan tarif telah menimbulkan keraguan besar dari sisi konsumen maupun investor. 

“Kerusakan terhadap kepercayaan ekonomi mungkin sudah tidak bisa dipulihkan,” kata Tannenbaum.

Kebijakan tarif impor otomotif sebesar 25% yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump juga diperkirakan akan menambah beban biaya bagi industri otomotif AS hingga US$108 miliar atau sekitar Rp1.814.4 triliun (asumsi kurs Rp16.800 per dolar AS) sepanjang 2025.

Hal ini terungkap dalam studi terbaru yang dirilis oleh Center for Automotive Research, lembaga riset yang berbasis di Ann Arbor, Michigan, Amerika Serikat.

Laporan tersebut menyebutkan bahwa tiga raksasa otomotif asal Detroit, yakni Ford Motor Co., General Motors dan Stellantis akan menjadi pihak yang paling terdampak kebijakan tarif Trump. Ketiganya diperkirakan menanggung peningkatan biaya sebesar US$42 miliar akibat tarif tersebut.

Melansir Reuters, Minggu (13/4/2025), ketiga perusahaan tersebut berpotensi membayar tarif sekitar US$4.911 untuk impor komponen bagi setiap kendaraan yang dirakit di AS (completely knocked down/CKD). Angka ini lebih tinggi dari rata-rata industri yang sebesar US$4.239 per kendaraan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper