Bisnis.com, JAKARTA – Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat biasanya akan berdampak pada sektor otomotif. Namun, imbasnya akan terasa apabila terjadi dalam periode tertentu.
Executive General Manager PT Toyota Astra Motor (TAM) Fransiscus Soerjopranoto mengatakan bahwa periode yang dimaksud adalah 3 bulan. “Biasanya ada proteksi harga selama 3 bulan. Setelahnya berlaku harga baru [sesuai nilai tukar yang berlaku],” katanya kepada Bisnis, Minggu (18/3/2018).
Apabila dalam periode tersebut rupiah tidak juga menguat pada akhirnya juga akan berimbas pada harga jual kendaraan bermotor. Hal ini pun akan memberikan efek negatif terhadap pasar domestik.
Soerjo menjelaskan bahwa tahun lalu saat kondisi makro ekonomi sehat, pasar mobil malah cenderung stagnan atau bahkan turun. Tahun ini ditambah dengan pelemahan nilai tukar dia khawatir minat masyarakat membeli produk otomotif akan semakin lemah.
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), sepanjang 2017 penjualan ritel kendaraan bermotor roda empat dan lebih turun 0,4% menjadi 1,06 juta unit.
Pasar otomotif tertolong oleh naiknya permintaan kendaraan niaga seiring dengan percepatan proyek infrastruktur dan membaiknya harga komoditas.
Baca Juga
Nilai tukar rupiah memperpanjang depresiasinya pada pengujung perdagangan pekan, Jumat (16/3/2018), saat mata uang lainnya di Asia bergerak variatif di tengah ketidakpastian politik di Amerika Serikat (AS).
Rupiah ditutup terdepresiasi tipis 0,01% atau 2 poin di Rp13.751 per dolar AS, setelah dibuka dengan pelemahan 19 poin atau 0,14% di posisi Rp13.768 per dolar AS.